Wednesday, April 17, 2013

Bertemu Wanita “Purbakala”


Mata saya tertuju pada sosok wanita berbadan dua yang menenteng pengeras suara di tangan kanannya. Keringat dipipinya tak cukup bersih ia usap dengan tangannya, masih jelas terlihat basah disana. Suaranya lantang, setiap kata ia barengi dengan senyum, apalagi saat anak-anak SD bertanya tentang koleksi-koleksi museum. Ia tampak gembira menyambutnya. Tangan kanannya menunjuk satu persatu koleksi museum. Sementara tangan kirinya menggenggam alat pengeras suara yang ia gunakan. 
  “ini adalah Duta Besar Kerajaan Banten yang dikirim oleh Sultan sebagai duta besar ke Inggris” Jelasnya pada anak-anak berseragam Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama.Wanita dengan gamis coklat dan kerudung hitam itu adalah pemandu di Museum Kepurbakalaan. Ade fitria (28) satu-satunya pemandu wanita di museum Kepurbakalaan Banten Lama. Meski dalam kondisi berbadan dua namun hal ini tak menghalanginya untuk tetap bertugas.


Di Museum tersebut memang tidak hanya Ade saja yang menjadi pemandu. Total pemandu ada delapan orang, tujuh orang lainnya adalah laki-laki. Namun ternyata Ade tetap memilih bertugas meski dalam kondisi hamil. Baginya kewajiban tetap harus dilaksanakan.
“ini kewajiban Saya, Saya senang apalagi kalo mandu anak-anak SD dan SMP seperti ini” Ujarnya.
Meskipun pembayaran pemanduan di museum itu seikhlasnya. Namun Ade sudah menjalani pekerjaannya selama Lima tahun. Kepiawaiannya menjelaskan satu persatu koleksi-koleksi Museum membuat saya terkagum.

Ade, begitu ia disapa memilih bekerja sebagai pemandu Museum ternyata tidak hanya karena gaji semata. Namun ia terinspirasi oleh sang Ayah yang juga dulu bekerja sebagai pemandu di Museum. Menurutnya berkutat dengan sejarah itu sangat menyenangkan dan banyak pengetahuan.
“Tak akan rugi berkunjung ke Museum. Kenal sejarah, tau masa lalu dan banyak ilmu. Kita hari ini karena masa lalu” Ujarnya. Seketika saya tersenyum bangga. Wanita lulusan Sarjana Ekonomi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa ini memang memutuskan menjadi pemandu Museum daripada menjadi pengajar sejak lima tahun yang lalu.

Ah, saya belum samapai kepulau Lima. Tapi saya amat bangga dan terkagum dengan banten lama. Benteng yang membentang, Masjid dengan menara yang menjulang, Museum yang penuh dengan sejarah Banten yang gemilang, dan tentunya saya diberi kesempatan bertemu dengan wanita “Purbakala” yang memberikan kenangan dan inspirasi dimasa datang.

0 comments:

Post a Comment