Pengertian Radio
Radio adalah transmisi sinyal tanpa kabel (wireless), melalui modulasi
gelombang-gelombang elektromagnetik yang frekuensinya di bawah frekuensi
cahaya tampak. Penjalaran radiasi elektromagnetik dapat melintasi udara
dan ruang vakum. Penjalaran gelombang elektromagnetik ini tidak
memerlukan medium pengangkut.
Informasi dibawa melalui perubahan yang sistematis pada beberapa sifat gelombang yang diradiasikan, seperti pada amplitudonya ataupun pada frekuensinya. Ketika gelombang radio melalui konduktor listrik, medan yang berosilasi menyebabkan timbulnya arus bolak-balik dalam konduktor tersebut. Hal ini mengakibatkan terdeteksinya dan tertransformasinya suara dan
sinyal-sinyal lain sebagai informasi yang dibawa. Kata radio digunakan untuk menggambarkan fenomena tersebut.
Pada awalnya, radio disebut sebagai wireless telegraphy atau secara singkat disebut wireless. Awalan radio–dalam pengertian transmisi tanpa kabel pertama kali digunakan dalam kata radioconductor oleh seorang fisikawan Perancis Edouard Branly pada tahun 1897. Kata radio yang digunakan pada kata radioconductor itu berdasarkan kata kerja (verb) to radiate. Radio sebagai kata benda (noun) diungkapkan pertama kali oleh seorang pakar iklan Waldo Warren. Kemudian kata radio muncul dalam sebuah artikel yang ditulis oleh Lee de Forest pada tahun 1907.
Angkatan Laut Amerika Serikat mulai menggunakan kata radio pada tahun 1912 dan akhirnya menjadi kata yang biasa dipakai pada penyiaran komersial pertama di Amerika Serikat (AS) pada tahun 1920. Radio dalam istilah Amerika ini kemudian digunakan dalam bahasa-bahasa lain di Eropa dan Asia, meskipun negara-negara persemakmuran Inggris tetap memakai istilah wireless sampai pertengahan abad ke-20. Di Jepang, istilah wireless merupakan dasar untuk istilah “gelombang radio” (radio wave).
Informasi dibawa melalui perubahan yang sistematis pada beberapa sifat gelombang yang diradiasikan, seperti pada amplitudonya ataupun pada frekuensinya. Ketika gelombang radio melalui konduktor listrik, medan yang berosilasi menyebabkan timbulnya arus bolak-balik dalam konduktor tersebut. Hal ini mengakibatkan terdeteksinya dan tertransformasinya suara dan
sinyal-sinyal lain sebagai informasi yang dibawa. Kata radio digunakan untuk menggambarkan fenomena tersebut.
Pada awalnya, radio disebut sebagai wireless telegraphy atau secara singkat disebut wireless. Awalan radio–dalam pengertian transmisi tanpa kabel pertama kali digunakan dalam kata radioconductor oleh seorang fisikawan Perancis Edouard Branly pada tahun 1897. Kata radio yang digunakan pada kata radioconductor itu berdasarkan kata kerja (verb) to radiate. Radio sebagai kata benda (noun) diungkapkan pertama kali oleh seorang pakar iklan Waldo Warren. Kemudian kata radio muncul dalam sebuah artikel yang ditulis oleh Lee de Forest pada tahun 1907.
Angkatan Laut Amerika Serikat mulai menggunakan kata radio pada tahun 1912 dan akhirnya menjadi kata yang biasa dipakai pada penyiaran komersial pertama di Amerika Serikat (AS) pada tahun 1920. Radio dalam istilah Amerika ini kemudian digunakan dalam bahasa-bahasa lain di Eropa dan Asia, meskipun negara-negara persemakmuran Inggris tetap memakai istilah wireless sampai pertengahan abad ke-20. Di Jepang, istilah wireless merupakan dasar untuk istilah “gelombang radio” (radio wave).
Sejarah Perkembangan
Sejarah perkembangan perangkat radio bermula dari eksperimen yang dilakukan oleh Nikola Tesla di St. Louis, Missouri, AS, pada tahun 1893. Dia membuat perangkat untuk eksperimen listrik berupa pesawat radio dengan penerima gelombang radio (receiver) magnetik. Perangkat penerima radio yang dibuat Tesla berbeda dengan tabung koherer (tabung yang dililiti kawat besi) yang dibuat oleh Guglielmo Marconi dan para pelaku eksperimen lain. Di kemudian hari, perangkat yang dibuat Tesla itu dikembangkan sehingga mampu menghasilkan frekuensi radio, mentransmisikan sinyal jarak jauh, dan memperlihatkan prinsip kerja perangkat/pesawat radio. Tesla pun memperoleh hak paten dari AS atas temuan radio yang didefinisikan sebagai “transmisi data wireless (tanpa kabel)”.
Pada tahun 1896, Guglielmo Marconi memperoleh hak paten dari Inggris atas temuan radio dalam karyanya bertajuk Improvements in transmitting electrical impulses and signals and in apparatus there-for. Marconi adalah seorang pelaku eksperimen radio terdahulu. Dia yang pertama kali mewujudkan transmisi sinyal radio jarak jauh dan membangun organisasi komersial bagi pengembangan dan penggunaan radio. Pada tahun 1897, Marconi membangun stasiun radio pertama di dunia yang bertempat di Isle of Wight, Inggris. Pada tahun 1898, Marconi membuka perusahaan wireless pertama di dunia bertempat di Hall Street, Chelmsford, Inggris.
Tahun-tahun berikutnya radio mengalami perkembangan yang pesat terutama setelah ditemukannya detektor tabung vakum oleh tim pakar teknik di Westinghouse. Perangkat tersebut merupakan bagian terpenting dalam pesawat radio. Pada Natal 1906, Reginald Fessenden menggunakan synchronous rotary-spark transmitter untuk program siaran radio pertamanya di Brant Rock, Massachusetts, AS. Kemudian, Reginald Fessenden dan Lee de Forest menemukan gelombang radio AM. Temuan Fessenden dan de Forest itu berimbas pada kemampuan mengirim sinyal radio yang dapat dilakukan oleh lebih dari satu stasiun.
Siaran radio pertama yang berisi program berita mulai diudarakan oleh stasiun 8MK di Detroit, Michigan, AS, pada 31 Agustus 1920. Stasiun radio perguruan tinggi pertama bernama 2ADD yang kemudian berganti nama menjadi WRUC mulai bersiaran pada 14 Oktober 1920 di Union College, Schenectady, New York, AS. Siaran radio hiburan reguler pertama mulai mengudara pada tahun 1922 di Marconi Research Centre, Writtle, dekat Chelmsford, Inggris.
Pada awal tahun 1930-an, sideband tunggal dan frekuensi modulasi (FM) ditemukan oleh Edwin H. Armstrong. Dengan ditemukannya gelombang radio FM, gangguan udara yang sering melanda gelombang radio AM dapat diatasi. Dunia penyiaran radio pun mulai melirik penggunaan gelombang radio FM. Sekitar tahun 1960-an, pesawat radio yang mulanya menggunakan perangkat berupa tabung mulai digantikan dengan transistor.
Pada akhir tahun 1960-an, jaringan telefon jarak jauh AS mulai menggunakan sinyal radio digital untuk beberapa sambungan. Satelit komunikasi radio pertama, TELSTAR, diluncurkan pada tahun 1963. Tahun 1970-an, Angkatan Laut AS mengembangkan eksperimen navigasi satelit radio, dan meluncurkan konstelasi GPS pada tahun 1987. Pada awal tahun 1990-an, para pelaku eksperimen radio amatir mulai menggunakan PC (personal computer) yang dilengkapi dengan audio card untuk memproses sinyal radio. Pada akhir tahun 1990-an, transmisi sinyal radio digital mulai digunakan pada siaran radio. Pada tahun 1994, Angkatan Darat AS dan DARPA berhasil menyukseskan projek pembuatan software radio.
Gelombang radio
Frekuensi gelombang radio untuk pengiriman suara |
Gelombang radio adalah satu bentuk dari radiasi elektromagnetik, dan
terbentuk ketika objek bermuatan listrik dari gelombang osilator
(gelombang pembawa) dimodulasi dengan gelombang audio (ditumpangkan
frekuensinya) pada frekuensi yang terdapat dalam frekuensi gelombang
radio (RF; "radio frequency")) pada suatu spektrum elektromagnetik, dan
radiasi elektromagnetiknya bergerak dengan cara osilasi elektrik maupun
magnetik.
Gelombang elektromagnetik lain yang memiliki frekuensi di atas gelombang
radio meliputi sinar gamma, sinar-X, inframerah, ultraviolet, dan
cahaya terlihat.
Ketika gelombang radio dikirim melalui kabel kemudian dipancarkan oleh
antena, osilasi dari medan listrik dan magnetik tersebut dinyatakan
dalam bentuk arus bolak-balik dan voltase di dalam kabel. Dari pancaran
gelombang radio ini kemudian dapat diubah oleh radio penerima (pesawat
radio) menjadi signal audio atau lainnya yang membawa siaran dan
informasi.
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran menyebutkan bahwa
frekuensi radio merupakan gelombang elektromagnetik yang diperuntukkan
bagi penyiaran dan merambat di udara serta ruang angkasa tanpa sarana
penghantar buatan, merupakan ranah publik dan sumber daya alam terbatas.
Seperti spektrum elektromagnetik yang lain, gelombang radio merambat
dengan kecepatan 300.000 kilometer per detik. Perlu diperhatikan bahwa
gelombang radio berbeda dengan gelombang audio.
Gelombang radio merambat pada frekuensi 100,000 Hz sampai
100,000,000,000 Hz, sementara gelombang audio merambat pada frekuensi 20
Hz sampai 20,000 Hz. Pada siaran radio, gelombang audio tidak
ditransmisikan langsung melainkan ditumpangkan pada gelombang radio yang
akan merambat melalui ruang angkasa. Ada dua metode transmisi gelombang
audio, yaitu melalui modulasi amplitudo (AM) dan modulasi frekuensi
(FM).
Meskipun kata 'radio' digunakan untuk hal-hal yang berkaitan dengan alat
penerima gelombang suara, namun transmisi gelombangnya dipakai sebagai
dasar gelombang pada televisi, radio, radar, dan telepon genggam pada
umumnya.
Penemuan Gelombang Radio
Dasar teori dari perambatan gelombang elektromagnetik pertama kali
dijelaskan pada 1873 oleh James Clerk Maxwell dalam papernya di Royal
Society mengenai teori dinamika medan elektromagnetik (bahasa Inggris: A
dynamical theory of the electromagnetic field), berdasarkan hasil kerja
penelitiannya antara 1861 dan 1865.
Pada 1878 David E. Hughes adalah orang pertama yang mengirimkan dan
menerima gelombang radio ketika dia menemukan bahwa keseimbangan
induksinya menyebabkan gangguan ke telepon buatannya. Dia
mendemonstrasikan penemuannya kepada Royal Society pada 1880 tapi hanya
dibilang itu cuma merupakan induksi.
Adalah Heinrich Rudolf Hertz yang, antara 1886 dan 1888, pertama kali
membuktikan teori Maxwell melalui eksperimen, memperagakan bahwa radiasi
radio memiliki seluruh properti gelombang (sekarang disebut gelombang
Hertzian), dan menemukan bahwa persamaan elektromagnetik dapat
diformulasikan ke persamaan turunan partial disebut persamaan gelombang.
Penggunaan radio
Frekuensi gelombang radio untuk pengiriman suara |
Banyak penggunaan awal radio adalah maritim, untuk mengirimkan pesan
telegraf menggunakan kode Morse antara kapal dan darat. Salah satu
pengguna awal termasuk Angkatan Laut Jepang memata-matai armada Rusia
pada saat Perang Tsushima di 1901. Salah satu penggunaan yang paling
dikenang adalah pada saat tenggelamnya RMS Titanic pada 1912, termasuk
komunikasi antara operator di kapal yang tenggelam dan kapal terdekat,
dan komunikasi ke stasiun darat mendaftar yang terselamatkan.
Radio digunakan untuk menyalurkan perintah dan komunikasi antara
Angkatan Darat dan Angkatan Laut di kedua pihak pada Perang Dunia II;
Jerman menggunakan komunikasi radio untuk pesan diplomatik ketika kabel
bawah lautnya dipotong oleh Britania. Amerika Serikat menyampaikan Empat
belas Pokok Presiden Woodrow Wilson kepada Jerman melalui radio ketika
perang.
Siaran mulai dapat dilakukan pada 1920-an, dengan populernya pesawat
radio, terutama di Eropa dan Amerika Serikat. Selain siaran, siaran
titik-ke-titik, termasuk telepon dan siaran ulang program radio, menjadi
populer pada 1920-an dan 1930-an.
Penggunaan radio dalam masa sebelum perang adalah pengembangan
pendeteksian dan pelokasian pesawat dan kapal dengan penggunaan radar].
Radio Satelit
Sebuah
radio satelit atau radio langganan adalah sebuah radio digial yang
menerima sinyal yang disiarkan oleh satelit akomunikasi yang mencakup
wilayah geografis yang lebih luas dari sinyal radio biasa. Radio satelit
berfungsi di tempat di mana ada garis pandang antara antena dengan
satelit, dengan syarat tak ada rintangan besar, seperti terowongan atau
gedung. Pendengar radio ini dapat mengikuti saluran tunggal tanpa
melihat lokasi jangkauan. Karena teknologi ini membutuhkan akses ke
satelit komersial untuk penyebaran sinyal, jasa radio satelit adalah
sebuah bisnis komersial, yang menawarkan sebuah paket saluran sebagai
bagian dari jasa mereka membutuhkan sebuah langganan dari pengguna akhir
untuk mengakses saluran.
Sejarah radio satelit
Kini,
teknologi siaran radio mengalami revolusi dengan munculnya siaran radio
berbasis satelit (satellite radio broadcast). Sejarahnya dimulai pada
tahun 1992 di Amerika Serikat (AS). Saat itu, FCC (Federal
Communications Commission) yang merupakan badan pengatur telekomunikasi
di AS mengalokasikan sebuah spektrum di band frekuensi "S" (sekitar 2,3
GHz) untuk siaran nasional (di AS) berbasis satelit dengan menggunakan
audio digital (digital audio radio service/DARS). Hanya ada empat
perusahaan yang mengajukan diri untuk mendapat izin siaran. Tahun 1997,
FCC memberi izin kepada: CD Radio (yang berganti nama menjadi Sirius
Satellite Radio) dan American Mobile Radio (yang berganti nama menjadi
XM Satellite Radio). Masing-masing membayar lebih dari 80 juta dollar AS
untuk menggunakan band atau pita frekuensi yang tersedia. Ternyata,
hanya XM Radio-lah yang dapat melanjutkan bisnisnya dan mulai siaran
secara nasional pada 25 September 2001. Sementara Sirius belum mampu
menindaklanjuti, dengan gencar XM Radio menawarkan aneka program dan
penerimaan audio berkualitas tinggi bagi penggemar home audio dan car
audio. Dari pusat siaran (broadcast centre) di Washington DC yang
mempunyai 82 studio digital, XM Radio memancarkan 101 saluran yang
berisi program acara: musik, berita, wawancara atau talk show, olahraga,
komedi, dan acara anak-anak. Ke-101 saluran itu dipancarkan
bersama-sama ke satelit. Para pelanggan dapat menerima langsung dari
satelit atau melalui stasiun pengulang (repeater) yang ada.
Keunggulan radio satelit
Dengan
menggunakan satelit, cakupan area yang dihasilkan sistem ini jelas
lebih luas daripada yang dicapai stasiun radio konvensional. Di AS,
cakupan areanya dibatasi hanya untuk seluruh wilayah negaranya. Dengan
begitu, pendengar yang sedang melakukan perjalanan dari suatu kota ke
kota lain di AS tidak perlu lagi pindah saluran ke stasiun radio yang
berbeda. Cukup sekali tune ke XM Radio, setelah itu tidak perlu diubah
lagi.
Pada dasarnya, sinyal radio yang dipancarkan akan selalu
mengalami redaman. Semakin jauh jarak yang ditempuh, semakin lemah pula
sinyalnya sehingga mengurangi kualitas audio yang diterima. Penggunaan
satelit berdaya tinggi (XM Radio menggunakan satelit berdaya 500
kilowatt) dengan pancaran langsung ke Bumi akan menghasilkan sinyal
radio yang layak diterima oleh pesawat penerima. Untuk dapat menerima
siaran dari satelit, antena penerima dan satelit harus berada dalam
kondisi line of sight (lurus, langsung tanpa halangan). Kondisi ini
tidak akan tercapai jika penerima terletak di suatu lembah atau kota
penuh gedung-gedung bertingkat. Untuk mengatasinya dipasanglah stasiun
pengulang (repeater) yang berfungsi sebagai perantara satelit dengan
penerima. Cara ini akan mengurangi daerah-daerah blankspot.
Kehebatan kualitas audio
Radio
satelit adalah satu-satunya siaran radio yang menggunakan teknologi
digital seutuhnya. Kelebihan-kelebihan sistem digital dengan berbagai
teknologi pemrosesan dan perbaikan sinyalnya menyebabkan audio yang
ditampilkan radio satelit akan setara dengan kualitas CD. Untuk
memaksimalkan keunggulan pemrosesan sinyal digital, kabel fiber optic
dipasang di seluruh bagian pusat siaran (broadcast centre). Dibanding
kabel tembaga, fiber optic sangat tahan terhadap interferensi frekuensi
radio (radio frequency interference/RFI) dan dengung (hum) yang
ditimbulkan oleh perangkat-perangkat listrik.
Selain itu, dengan
daya pancar satelit yang kuat akan diperoleh rasio signal to noise (S/N)
lebih besar dari 40 dB. Rasio S/N sebesar itu cukup untuk menghasilkan
sinyal berkualitas tinggi yang tetap bersih. Untuk menambah kebersihan
sinyalnya, radio satelit mempunyai dynamic range yang lebar. Sebagai
perbandingan, dynamic range radio AM adalah 30 dB, radio FM 50 dB,
sedang radio satelit 90 dB. Dengan dynamic range yang lebar, suara musik
orkestra yang juga mempunyai dynamic range lebar tidak perlu lagi
dikompres menjadi sempit, sebagaimana yang dilakukan di radio AM dan FM.
Akibatnya, suara orkestra yang kita dengar akan sebening suara aslinya.
Untuk mendapat kelebihan itu dan untuk mengakomodasi 101 saluran
siaran, XM Radio menggunakan bandwidth sebesar 12,5 MHz, 60 kali lipat
bandwidth sebuah stasiun radio FM yang hanya sebesar 200 KHz. Dengan
kelebihan-kelebihan itu, pendengar radio tidak dapat membedakan suara
yang dikeluarkan oleh CD dan radio satelit.
Isi Program
Sebenarnya,
program yang dijual bukanlah hanya sekedar siaran berita penting dari
berbagai penjuru dunia dan bahasa. Melainkan aneka sajian yang bersifat
hiburan dan pendidikan pun tersedia pada layanan radio satelit ini.
Untuk kawasan Asia sendiri yang tergabung dalam AsiaStar, ada beberapa
stasiun radio lokal yang berpartisipasi. Acara yang dapat diperoleh dari
sini relatif lengkap. Ada musik, berita, pendidikan dan lainnya.
Kemudian
ada beberapa saluran yang menyajikan genre musik tertentu. Radio 24X7
menghibur dengan lagu-lagu International Dance. Sedangkan Bob menyajikan
musik modern rock. BNT berbahasa Thailand menyiarkan beberapa acara
musik baik pop maupun rock. MTV Asia pun masuk dalam kategori ini. Di
mana dalam saluran ini yang ditampilkan yaitu segala macam bentuk musik
terutama yang berbahasa Inggris. Jika Anda menggemari jazz maka Riff
menjadi pilihan karena menyajikan International Jazz. Dan musik dansa
Afrika bisa disimak di Ngoma, sementara musik klasik dari Eropa.
Dari
Indonesia berita dan hiburan yang dapat ditangkap melalui radio satelit
yaitu siaran-siaran dari stasiun Radio Republik Indonesia (RRI) dan
Radio Trijaya FM.
Program-program lain dari radio satelit ini dapat
diakses dari internet pula. Ini mencakup hal-hal penting seperti
topik-topik yang berhubungan dengan sejarah suatu negara, masalah
ekonomi dan keuangan, sampai kepada kegiatan olahraga.
Kawasan Asia
yang bisa menjangkau fasilitas radio satelit ini sampai ke kawasan Asia
Tenggara dan Timur Jauh. Khusus wilayah Indonesia yang bisa menerima
fasilitas radio satelit ini adalah penduduk yang tinggal di Pulau
Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan pulau-pulau kecil sekitar
Maluku.
Penduduk di kawasan Papua untuk saat ini belum bisa menerima
fasilitas dari WorldSpace tersebut. Kawasan di benua Australia saja
hanya sebagian kecil yang dapat menerimanya. Ini untuk penduduk yang
tinggal di kawasan sebelah barat dan barat laut Australia saja yang bisa
menjangkaunya.
Dengan bantuan alat penerima berupa radio yang mudah
dibawa ke mana-mana, informasi penting dari sekitar tiga perempat dunia
berhasil dijangkau. Hal ini pun membangkitkan hasrat beberapa produsen
alat elektronik untuk berlomba-lomba menyajikan alat andalannya ke
tengah-tengah pasar yang bersaing. Sederet merek ternama macam
Panasonic, Hitachi, Sanyo, JVC dan lainnya berupaya menawarkan
fitur-fitur dengan kapasitas berbeda-beda sesuai kebutuhan. Jika ini
sudah terlihat prospeknya untuk ke depan, kenapa tidak terus digalakkan
bahkan terus menambahkan keikutsertaan stasiun-stasiun radio dari suatu
daerah tertentu. Makin banyak stasiun radio ikut, makin kaya informasi
yang didapat dan tentunya makin luas jangkauan radio satelit!
Poadcast
Podcast adalah proses distribusi file audio melalui internet dengan menggunakan RSS subscription . Istilah podcast sendiri berasal dari Playable On Demand dan broadcast. Arti podcast bisa pada metode penyampaiannya dan juga pada kontennya. Produk audio dalam bentuk file itu di-upload di internet, yang nantinya bisa di-download oleh mereka yang ingin mendengarkannya. Selain itu mereka juga dapat berlangganan, sehingga mereka selalu mengetahui perkembangan terbaru dari si pembuat audio file tadi. File-file ini bisa di-download ke mobile devices seperti MP3 player, smartphone atau diputar pada komputer.
Dengan cara berlangganan melalui RSS subscription itu, membentuk adanya hubungan pendengar atau audiences bahkan adanya komunitas yang menyukai konten audio si pembuat podcast tadi. Inilah salah satu bentuk social media yang menciptakan adanya partisipasi, keterbukaan, perbincangan, komunitas, dan keterhubungan .
Karakteristik Media Radio pada Podcast
Berbeda dengan televisi, pendengar radio itu tidak perlu menilai sesuatu yang tampil dari layar kaca. Karena radio memiliki karakter personal, yang membuat pendengar merasa dekat. Apa yang disampaikan oleh penyiar masuk ke benak pendengar sehingga langsung diterima. Oleh karena itu seorang penyiar yang baik dalam melakukan siaran harus berbicara seperti kepada satu orang atau individu, bukan kepada banyak orang.
Kedekatan pendengar dengan stasiun radio ini menjadi nilai lebih dari media radio yang hanya mengandalkan suara. Keterbatasan hanya pada suara bukan berarti radio menjadi tersisih dari media-media lain. Hanya dengan suara, pendengar menjadi bisa berimajinasi hanya mengacu pada suara. Menurut Stanley Alten dalam bukunya Audio in Media, suara mempunyai komponen visual yang meciptakan gambar di benak pendengar atau theatre of mind.
Jenis-Jenis Konten Podcast
Saat ini cukup banyak jenis konten podcast yang berkembang. Mulai dari berita, wawancara, dan feature atau dokumenter. Tapi tidak terbatas pada jenis itu saja. Saat ini berbagai kreatifitas dilakukan oleh para podcaster, seperti dalam bentuk blog bersuara, yaitu pemilik blog bisa bercerita dalam bentuk audio yang ia letakkan pada blognya. Blog itu bisa bercerita tentang pengalamannya, kuliner, travelling dan lainnya.Podcast berita dan feature bisa dilihat pada situs www.kbr68h.com (gambar 1).
Situs ini berisi berita dan feature, yang beberapa di antaranya menyantumkan file audio.Salah satu konten pocast yang cukup menarik belakangan ini adalah podcast bercerita. Di luar negeri sendiri podcast bercerita sudah berkembang cukup lama, seperti drama, ataupun cerita pendek dan bersambung. Di Indonesia sendiri saat ini ada situs www.indonesiabercerita.com (gambar 2).
Situs ini berisikan podcast berbagai macam cerita untuk anak. Indonesia Bercerita menyediakan podcast (mp3) berisi cerita-cerita yang membebaskan imajinasi anak untuk menemukan diri terbaiknya. Podcast cerita ini dapat didownload secara gratis. Dalam situsnya pihak pengelola situs ini mengharapkan adanya penyebaran kebiasaan bercerita sebagai proses pendidikan secara formal maupun informal.
Gambar 2.
Situs indonesiabercerita.org yang menyediakan podcast cerita untuk anak secara gratis
Salah satu penggiat podcast asal Indonesia yang saat ini menetap di Jepang, Rane 'Jaf Hafied, dalam sebuah wawancaranya dalam bentuk podcast di situs (www.suarane.org ) mengatakan bahwa podcast bisa menjadi pendukung bagi radio yang siaran secara live, baik itu radio terestrial ataupun radio streaming melalui internet [5]. Karena acara-acara yang disiarkan terdokumentasi dengan podcast, sehingga pendengar yang tidak sempat mengikuti sebuah acara yang disiarkan langsung, bisa mendengarkan acara itu kembali dalam bentuk podcast.
Salah satu penggiat podcast asal Indonesia yang saat ini menetap di Jepang, Rane 'Jaf Hafied, dalam sebuah wawancaranya dalam bentuk podcast di situs (www.suarane.org ) mengatakan bahwa podcast bisa menjadi pendukung bagi radio yang siaran secara live, baik itu radio terestrial ataupun radio streaming melalui internet [5]. Karena acara-acara yang disiarkan terdokumentasi dengan podcast, sehingga pendengar yang tidak sempat mengikuti sebuah acara yang disiarkan langsung, bisa mendengarkan acara itu kembali dalam bentuk podcast.
0 comments:
Post a Comment