Autobiografi in Bahasa





Description: Description: kertas.jpg**Kalau Boleh Saya Bicara**

Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.
Kabar baik semuanya?
Semoga kita semua ada selalu dalam b imbingan Allah Swt, Amin. Jangan pernah sekalipun kita jauh dari segala rasa syukur kita kepada sang penguasa jagat raya, dan segala puja dan puji hanyalah untuk-Nya, tak ada satupun makhluk dimuka bumi yang dapat menyamainya.
Salawat dan Salam, smoga selalu tercurhkan kepada pimpinan ummat dalam kenbenaran, Rosul terakhir yang membawa cahaya penerang kehidupan dunia dan akhirat, Nabi Muhammad Saw, Kepada para keluarganya, sahabatnya yang karena tulisan-tulisan beliau-beliau lah kita bisa beristiqomah dalam islam, dan kepada kita khususnya sebagai generasi perubahan menuju kebaikan dan kebenaran, yang selalu mengharap syafaatnya dan ridho Allah di hari akhir nanti,amin.
Pembaca, siapapun Anda, dan itu pun kalau ada. Mungkin buku ini bukan lah apa-apa bagi Anda sekalian, hanya kalimat-kalimat tak berarti dihadapan Anda semua, tulisan terburuk yang pernah Anda baca, mungkin, dan lain sebagainya.
Saya mempersilakan sebebas-bebasnya apa yang Anda ingin katakan tentang tulisan saya, saya akan terima. Tapi kalau boleh saya berbicara, saya hampir putus asa dalam menyelesaikan tulisan yang tak punya banyak arti ini bagi Anda, ini adalah tulisan perdana saya, setngah buku ini sudah selesai beberapa waktu yang lalu, namun data saya hilang, termasuk tulisan ini.
saya tulis lagi dari awal, dan kemudian data saya kena virus jahanam, saya tak bisa berbuat apa, akhirnya saya menulis kembali, dan terakhir saat tulisan ini ada di tahap akhir penyelesaian, data saya kembali terkna Virus jahanam, yang membuat saya merancang bahan-bahan yang saya gandakan.
Minimal, setelah saya mengungkapkan hal di atas, Anda mau menghargai karya perdana saya, karya yang menjadi kebanggaan, karena dibangga-banggakan oleh driri sendiri.
Pembaca, sekilas saya di atas mengajak anda dan membawa Anda dalam konteks pesimisme, jangan di masukan dalam hati ya pembaca ...hehehe
Dengan penuh keoptimisan, saya mencoba menyelsaikan karya tulis perdana saya ini, dan Alhamdulilah, Allah memberikan izin buku ini untuk hadir dihadapan Anda, buku ini membahas tentang All About Me J
Saya meyakini, bahwa kehidupan saya sudah dituliskan oleh sang sutradara kehidupan, Allah Swt, dan di dalam buku ini saya mencoba mengangkat cerita sesuai fakta, realita dan terpercaya, hehehe. . .
Akhirnya, sebelum Anda membaca, izinkan saya mengucapkan terimakasih yang begitu dalam kepada kedua orang tua saya, Bapak Rahmat dan Ibu Neneng yang selalu mengirimkan doa-doa kepada Allah untuk saya, yang selalu memeberikan motivasi distiap langakah perjalanan saya, dan tentunya merekalah yang memberikan uang jajan untuk saya, hehehe J
Kemudian ucapan terimakasih juga saya ingin utarakan dengan sangat kepada Bapak.Agus Safe’i, sebagai pembimbing saya, sebagai orang yang membuat saya terpaksa harus menyelesaikan buku ini, sebagai orang yang memeberikan inspirasi luar biasa disetiap kata-kata dan tindakannya. Juga thank’s saya ucapkan buat rekan-rekan saya, Rini, Robi, Wahyu Bambang, Seruni, Utet,Wahyu Avice,  Rifkie abdul, damai, yang sudah rela meminjamkan laptopnya untuk saya, demi terselesaikan nya buku ini.
Juga buat sari, Upa,sista yang sesekali mengkoreksi tulisan saya, juga buat Deri yang rela begadang dengan saya demi terselesaikan nya cover buku ini.
Dan spesial buat teman-teman di jurnalistik D yang lain nya, yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Yang jelas terimakasih, dan I Love You All... J
Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.





Bandung, 15 Desember 2011


**sebuah Persembahan**
Description: Description: kertas.jpg



Buku ini special buat Mama, Ayah, Adik-adik ku, keluargaku, teman-teman ku, dan semua yang kenal Aku



*****
Description: kertas.jpg**Daftar Isi**

Kalau Boleh Saya Bicara                            i
Sebuah Persembahan                                vii
Skenario Ke-1                                         
Ø  Curhat                                            2
Ø  Ku Harus Pergi                                15
Ø  Ketika Cinta Ada                                      19
Ø  Hadir                                             27
Ø  Aku Kecil                                        32
Ø  Tangis Untuk Kado Terindah            35
Ø  Satu Lagi Kado Kehidupan                37
Ø  Buah yang Manis                              44
Skenario Ke-2
Ø  Nama : Saepul Hamdi                       49
Ø  Profokator                                      53
Ø  Musim Favorit                                58
Ø  D’jahil                                            60
Ø  Kapok                                             63
Skenario Ke-3
Ø  Dia, yang Mengalihkan Dunia            70
Ø  Cinta Monyet                                  84
Ø  Pelangi Yang Utuh                           96
Ø  Berubah,Ku Awali dengan Memilih    104
Ø  Buah dari Kesungguhan                    111
Ø  Ku Coba Torehkan Tinta-Tinta Emas          123
Ø  Pilihlah Aku                                     126
Ø  Rumah Keduaku                               134
Ø  Pelangi yang Hilang                          139
Ø  Nyari Emas, Dapat Berlian               144
Skenario Ke-4
Ø  Kesalahan Terindah                         152
Ø  Baru                                               158
Ø  Baud                                               162
Ø  Terlalu Indah Untuk KU Ceritakkan 166
Ø  Seperti Gaun                                  167
Ø  PMR Merindu                                  170
Ø  Galeri Pelantikan PMR                     175
Ø  I’am, The Delegation                       176
Ø  Remaja Mesjid Dapur Umum            180
Ø  Ashionk, Sang Ketua OSIS              184
Ø  Galeri Pemilu Ketua OSIS               190
Ø  Ancora, Paramadina, UGM sama saja 192
Ø  Anatara Jakarta dan Bandung                   198
Ø  Aku  Hanya Ingin Berkata               202
Ø  Sebaris Tulisan                               204
Ø  Galeri Gaya                                     206
Ø  Buat Pak Agus                                 212





SKENARIO KE 1
***


   

**Curhat**

Malam itu, tepatnya ba’da maghrib ku pacu motor metik ayah menuju sebuah kampung yang jarak nya kurang lebih 3 km dari rumah ku. Bersama adik ketiga ku, aku berangkat dengan menggunakan jaket hitam dan jeans panjang ditemani sandal jepit kesayangan, tujuan ku tidak lah lain menuju kampung Gandawayang, desa Cimaja Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi, Jawa barat.
Disana adalah tempat dimana tinggal Nenek dan kakek ku dari pihak Ibu, juga Nenek buyut ku dan saudara-saudara lainnya tinggal, sebenarnya dulu aku dan keluarga ku juga tinggal disana, karenamemang kampung Gandawayang merupakan kampung halaman kami dan disanalah aku lahir, namun ketika aku menginjak kelas 2 SD, ibu dan ayah ku pindah ke sebuah kampung dimana saat ini kami tinggal, yaitu kampung Cihaur 2, Desa Ridogalih, Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi, Jawabarat. Kembali ketujuan awal kumengunjungi kampung halaman ku dulu, motor matik ku hentikan di depan rumah seseorang, namun bukan rumah nenek dan kakek ku tinggal , melainkan seorang wanita yang dulu pernah menyaksikan bahkan merasakan mengasuh aku ketika balita, hidup bersama keluarga ku karena ayah ku merupakan guru ngajinya, dan membantu pekerjaan rumah ibuku.Setelah kurang lebih 15 menit aku dan adik ku melewati jalanan bebatuan yang cukup menantang adrenalin bagi yang belum terbiasa, melewati sebuah kampung dan kebun warga juga, akhirnya aku sampai juga dirumah Teh Enen, ia itu nama wanita itu yang kini telah dikarunia 2 orang anak dari suaminya A Enang.
Teh Enen merupakan sosok wanita yang ikut membantu ibu ku mengasuh ku ketika kecil, ia pun bercerita betapa aku cengeng nya waktu kecil, tak hanya itu Teh Enen pun pernah merasakan mencuci pakaian ku yang terkena kotoran ku sendiri waktu kecil, ia pun sering membantu Ayah ku memberikanatau membimbing dalam pengajian Al-Qur’an.
Wanita yang memiliki cerita cinta di kebun Ubi saat SD ini pun merupakan wanita yang aktif di kegiatan sosial waktu dulunya, sekarang ia memang hanya menjadi Ibu rumah tangga saja, namun dulu ia sempat menjadi karyawan toko kue di jakarta sebelum menikah. Obrolan aku pun usai, singkat memang namun berkesan bagiku, waktu itu memang posisi ku sudah menjadi mahasiswa di Universitas negeri di Bandung, tepatnya di Universitas UIN Suanan Gunung Djati Bandung, setelah sekian lama berkelana, akhirnya ku sempat kan pulang ke rumah dan bisa menemui saudara-saudara seperti salah satunya teh enen ini, yang bercerita banyak tentang masa lalu ku dan masa lalu keluargaku berdasarkan apa yang telah ia rasakan dan alami.
Waktu isya usai, aku ajak adik ku melanjutkan perjalanan selanjutnya, jaraknya kurang lebih 200 meter dari rumah teh Enen, yaitu menuju rumah Nenek dan Kakek ku tinggal dan juga Nenenk buyut ku tinggal, oh ia dirumah Nenek juga tinggal Bibi ku yang sudah dikaruniai 2 orang anak, karena suaminya bekerja di jakarta sebagia seorang sopir di sebuah perusahaan Industri, Ku hentikan motor matik merah ku dan ku ajak adik ku masuk kerumah nenek ku, ketika ku ketuk pintu ternyata mereka belum tidur, apalagi Nenek dan Bibiku sedang memotong sayuran sebagai bahan untuk dijadikan gorengan, kerena memeng Nenek ku membuka warung kecil-kecilan dan menjual aneka gorengan di pagi hari, nenek buyut ku pun masih duduk sambil menikmati air teh hangat, sementara Andra (2 Tahun) dan Juwita (8 Tahun) yaitu anak dari bibi ku Yani sudah tertidur lelap, sementara Kakek memang tak ada dirumah sejak lama, kerena ia bekerja di salah satu pertambangan Emas di daerah pegunungan di Bogor, sementara anak nenek yang paling kecil yaitu Eva Royandi Adik dari mama ku, adik dari bibi ku juga sedang belajar atau kuliah di Universitas yang sama dengan ku, di Universitas Islam Negeri SuananGunung djati Bandung semester 3, beda 1 tahun lebih atas dengan ku.Dirumah nenek ini aku pun mendapatkan cerita yang menarik dan seru tentang kehidupan kelurga ku, kehidupan ibu dan ayah ku, aku dan adik-adik ku di masa lalu, terutama cerita kehidupan nenek buyut ku dimasa lalu, karena ternyata nenek buyut ku yang bernama Martini ini pernah mengalami masa-masa penjajahan jepang di masa hidupnya bersama sang suami,cerita yang ia sampaikan sungguh membuat ku terkesan, hingga tan pa sadar lamunan ku pergi membayangkan situasi demi situasi yang Nenek buyutku ceritakan, ia bercerita seakan masih merasakan bagaimana getir nya situasi kala itu, ketika ia berkata langit biru tak lagi terlihat, yang terlukis di atas sana hanya warna hitam dari asap kapal-kapal tempur dan baja-baja hitam yang mengeluarkan suara yang menciutkan hati yang mendengar, Nenek buyutku pun bercerita bagaimana ia dan sang suami juga anak-anaknya harus bersembunyi di sebuah lubang buatan di kebun belakang rumah yang sudah di rancang sebagai tempat persembunyian, dimana suara kapal-kapal tempur terdengar dari kejauhan, mereka semua langsung bersembunyi di lubang buatan itu, ia pun bercerita bagaimana ia dan sang suami harus menjual pisang untuk menghidupi keluarganya, dirumah panggung yang terbuat dari kayu dan bamabu mereka hidup seadanya,  meskipun pada akhirnya sang suami meninggal kan Nenek buyut ku lebih dulu untuk selamanya. Seperti ada dimasa itu, sekali lagi aku dibuat menerawang jauh ke masa lalu ketika nenek buyutku bercerita, tidak hanya itu aku pun mendapat cerita seru lainnya dari nenek ku, Ida. Amih, begitu aku dan keluarga lainnya memanggil nenek, wanita yang tangguh, sabar dan cerdas ini merupakan sosok yang dikenal banyak orang, wanita yang kini sudah mempunyai cucu 6 orang ini mempunyai cerita seru dan mengesankan tentang kehidupan kelurganya, termasuk tentang aku dan keluargaku. Ia pun adalah wanita yang bisa disebut Wonder women, ketia aku kecil nenek ku ini sudah berangkat menjadi TKI ke Arab saudi dan Negara Timur Tengah lainnya, semua itu dilakukan bukan lah atas kemaun semata, melainkan demi menghidupi anak-anak nya karena sang suami Bapak Eni, yaitu kakek ku tak sanggup lagi mencari pekerjaan saat itu, paman ku pun yang saat ini kuliah di Uiniversitas yang sama dengan ku ditinggakan nya yang saat itu masih berusia relatif muda, bahkan bisa dibilang masih kecil, hingga hampir 3 tahun lamanya.
Selama nenek ku bekerja di Arab Saudi, Paman ku yang bernama Eva Royandi itu tinggal –kadang bersama keluargaku, tapi kadang – kadang tinggal dirumah nenenk nya dari pihak Ayahnya, yaitu Nenenk buyutku dari pihak kakek ku, Ibu Acun namanya, yang saat ini Nenenk buyut ku yang satu ini sudah mengalami kebutaan kerena usia yang semakin lanjut tua.






(Ini Adik ku Hildan, Aku dan Nenek )
Selama nenenk ku bekerja pun banyak sekali kejadian-kejadian yang saat ini menjadi memori dan pelajar hidup bagi keluarga kami, salah satunya waktu itu, ketika nenenk masih di Arab saudi, kakek ku pun mendapatkan pekerjaan diluar kota, dan tanpa di duga kakek ku pun menikah kembali dengan 2 orang wanita, yang mana pada saat ini dari salah satu istrinya itusudah lahir seorang anak laki-laki bernama Rekie, yang saat ini sudah menginjak kelas 1 SMA.
Namun ketika Nenek ku kembali ke kampung halaman dari Arab saudi, kakek ku menceraikan kedua istri barunya karena ada perselisihan di dalam keluarga yang terjadi.
Namun itu semua menjadi rangakain skenario Tuhan yang indah dalam kehidupan keluarga kami, Skenario Tuhan memang skenario sempurna dan indah pada waktunya.
Sebelum pulang, aku dan adik ku Fahmi Idris yang masih duduk di TK ini mendengar kan cerita lebih seru lainnya dari bibi ku, Yani. Ia menceritakan kehidupan ku ketika bayi, tak jauh beda seperti yang diceritakan Teh Enen, bahwa aku adalah anak yang cengeng waktu itu, suka banget ngompol dan buang air besar sembarangan, pernah bibiku membalur minyak telon kebadan ku saat aku usai dimandikan waktu balita dulu, dan aku menjerit-jerit menangis, karena ternyata minyak telon yang diberika terlalu banyak pada tubuhku, begitu serunya bibi ku bercerita sampai ia tertawa mengingat-ngingat peristiwa itu, bibi ku pun menceritakan bahwa waktu dulu terdapat luka pada payudara ibiku, sehingga terpaksa aku disusui oleh nenek ku atau bahkan tetanggaku. Setelah lama aku bercengkrama dengan Nenek , bibi dan Nenek buyutku, akupun pamit bersama adik ku untuk pulang, dengan senyum aku menstarter motor metik ku, dengan sejuta cerita indah yang terukir aku pulang dengan bahagia, namun sebelum aku pulang kerumah, kusempatkan mampir ke satu rumah lagi, yaitu kerumah Teh enonon Sribanon, wanita yang kini sudah menikah dan dikaruniai satu anak ini, adalah sosok wanita yang sangat berarti dalam kehidupan ku, dulu sering sekali aku belajar matematika, bahasa inggris dan juga menari dari nya, ia pun selalu memberi semangat tentang pentingnya mencari ilmu dan menjalani kehidupan.
Kalau saja malam itu ada matahari, pasti ia tersenyum indah karena melihat sejuta cerita yang berwarna pelangi yang kudapatkan hari itu, namun rembulan tak mau kalah menemani ku bersama sang bintang malam itu, kalo mereka bisa ngomong, mereka pun pasti bernyanyi di indah nya malam itu bersama ku dengan sejuta cerita indah ini.







*****  
**Ku Harus Pergi**

Pagi hari, aku bangun dengan semangat membara, aku bersiap-siap untuk kembali ke Bandung, karena aku harus kembali berjuang di kawah candra dimuka, menuntut ilmu di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung demi cita-citaku menjadi seorang International News Presenter, bersama Jurusan Jurnalistik yang ku geluti , aku yakin akan mimpiku itu.
Senyum dan doa dari Ayah, Ibu dan adik-adiku menambah semangat baru dan motivasi tertinggi di detik-detik aku berangkat, hingga aku mengghilang di pandangan mereka.
Ayah ku, M.Rahmat merupakan sosok pemimpin dan guru bagi ku dan keluarga, menjadi guru ngaji adalah suatu kebanggaan bagi kami untuk Ayah, dengan semangat ia selalu mengamalkan ilmu nya tanpa henti, ia pun teman diskusi yang asik dan seru bagi ku, ia lelaki yang sangat bertanggung jawab dan tegas, meskipun kehidupan saat ini mencekam, namun ia mampu menorehkan senyum indah sebagai penyejuk dalam kehidupan keluarga kami.
Ayah ku tak sendiri, ia ditemani seorang bidadair surga yang Allah turunkan kedunia, ia adalah ibuku tercinta, Neneng Latifah, itulah nama indahnya. Kesabaran dan kelembutan hatinya tak bisa sedetik pun menghilang dalam ingatan dan memori ku, ia adalah bendahara ulung dlaam keluarga, juga koki hebat yang selalu menghidangkan yang tak hanya lezat, namun penuh cinta, ia adalah lampu penerang bagi kami. Tak heran, sungguh berat rasanya ku harus melangkahkankekai meninggal kan rumah untuk kembali ke Bandung meraih cita-citaku, apalagi ketika ku harsu terpisah kembali dengan kedua adik ku, Hildan Almaturizi adik kedua ku, yang saat ini duduk di Sekolah Dasar kelas 5, dan Fahmi Idris yang masih TK, mereka adalah api pemicu semangat untuk aku berhasil, aku sebenarnya mempunyai adik perempuan,Siti Humaidah nama dik ku itu, namun ia wafat pada usia bayi, dan sekarang ibu sudah elahirkan adik ke empat ku, seorang bayi perempuan yang baru berusia sekitar 3 bulan pada bulan november ini, Putri Nurazizah nama nya, mungil , imut dan manis, sungguh aku semakin bersemangat meraih mimpi, karena kebahagiaan mereka dan senyum kebahagiaan mereka lah yang selalu ku tunggu.
Bis pun berhenti di terminal Leuwi Panjang, Bandung. Setelah kurang lebih 7 jam ku habiskan duduk di bis dari kampung halaman ku pelabuhanratu hingga samapi di Bandung, masih terpatri ketika aku harus melewati jalan bebatuan, perkebunan karet dan sawah-sawah sambil mengendarai ojeg dari rumahku, hingga samapi di terminal Pelabuhanratu dan akhirnya aku bisa samapi di Kota Bandung.
Aku disini untuk cinta, menangkan hati kalahkan dunia.Aku disini untuk cinta, kalahkan hati menangkan cinta.



*****

**Ketika Cinta Ada**

Setiap mkakhluk pasti pernah merasakan yang namanya Jatuh, entah itu jatuh dari motor, tangga, atau jatuh dari hotel, ups..hehe. Tapi yang ini bukan lah jatuh yang demikian, tapi fenomena ini di rasakan oleh dua insan yang berbeda, apalagi kalau bukan jatuh C-I-N-T-A. “Cerita Indah Tiada Akhir” begitu kira-kira muda mudi saat ini kalo ngebahas cinta, gk jauh-jauh dari yang namanya serba Indah, seakan dunia ini milik berdua saja, yang lain? Ngontrak aja katanya, hehe. . .
Mas Tukul bilang kembali ke? Laptop...
Seorang pria rupanya jatuh cinta pada pandangan pertama, saat ia memanjat pohon kelapa karena kehausan bersama rekan-rekan santri lainnya, di sekitar kawasan ia mengaji di sebuah  pesantren, tapi jangan salah tafsir, pria ini bukan jatuh cinta sama pohon kelapa, hehehe. . . tapi matanya tertuju pada seorang wanita ayu di bawah sana, seorang gadis sedang mencuci mukanya dengan lemah lembutnya, pandangan nya hampir tak terputus sedikit pun , kalo tidak secara tiba-tiba sang gadis melihat perlakuan pria itu dan menjerit ketakutan, karena di anggap pria itu mengintai nya.
Alhasil, jangan disalahkan pa Ustadz pesantren kalau sang pria dihukum karena kejadian itu, karena ternyata gadis itu adalah santri di pesantren yang sama, namun yang namanya jatuh cinta pada pandangan pertama, sang pria yang saat ini menjadi ayah ku tercinta itu masih membayangkan wajah dan paras ayu gadis itu, yang kini gadis itu menjadi Ibuku tersayang.  Kejadian itu memang menjadi titik awal dimana kisah cinta Ibu dan Ayah ku bermula, hingga akhirnya sekitar 20 tahun yang lalu ikrar suci pun dikumndangkan dalam acara sakral pernikahan di antara mereka.






Ayah ku yang berasal dari Kampung Cihaur 1, berhasil mendapatkan seorang kmebang desa waktu itu, kebahagiaaan dan keharuan memang tak bisa disembunyikan kala itu, atmosfir cinta juga begitu terasa kental di anata dua belah pihak keluarga, Ayah ku yang terlahir dari 13 bersaudara dari pasangan Ambu dan Abah Engkar berhasil menyatukan dua kelurga yang sampai saat ini keindahan skenario Allah selalu terukir dalam kehidupan keluarga kami.
Ayah ku memang tak mengecap pendidikan yang tinggi, tapi ia sosok yang memiliki sesuatu yang berharga melebihi siapapun di dunia ini, namun jangan salah, ia adalah sososk pelajar yang aktif dan sosial nya sangat luarbiasa hebat, Ayah sangat jago sekali dalam hal berbicara, dengan ditunjang pengetahuannya selama sekolah dasar dan sekolah lanjutan tingkat pertama, juga sebagai seorang santri ia mampu menjadi sosok yang dihargai di kampung kami, hubungan nya dengan masyarakat sangat bagus, bahkan luar biasa hebat.
Meskipun ia hanya seorang guru ngaji, namun ia pun mampu berbisnis hingga mampu membiayai kehidupan keluarga,  ia pun menjadi sosok ulama di kampung, menjadi imam bagi keluarga dan masyarakat, dia adalah sosok yangs angat luar biasa. that is My Father 
Sementara Ibuku adalah anak pertama dari 3 bersaudara, dia adalah seorang gadis yang aktif pada usia remajanya, meskipun ia hanya lulusan  Sekolah Dasar, namun itu tak membuatnya sempit akan kreativitas, ia pun sosok wanita yang sangat menguasai sosial, bahkan ia sangat peduli terhadap sosial, ia pun pernah bekerja di Puskesmas setempat pada saat sebelum menikah, jago masak dan sangat sabar juga rajin, ketiaka remaja ia adalah kembang desa, dan sekarang ia adalah bunga edellwis di dalam keluarga kami, ia adalah bidadari surga yang Allah anugerahkan pada keluarga kami .
Hingga sekarang pasangan itu dikaruniai 5 orang anak, aku adalah anak paling besar di keluarga ini, adik pertamaku wafat ketika bayi, dan sekarang aku punya 3 adik, 2 orang laki-laki dan 1 orang perempuan.
Lengkap rasanya kebahagiaan keluarga kami dengan anggota keluarga yang lengkap, namun sekali lagi kami harus sadar bahwa semua itu tak jauh dan tak bukan skenario yang telah Allah tuliskan dalam kehidupan kami, kami yakini itu meskipun dalam perjalanan nya kadang memang ada campurtangan kami hingga peran yang Allah berikan kadang kami salah memainkannya.
Tinta emas yang kaya akan cinta itu Allah torehkan dalam perjalanan dua sejoli,
Merajut helai demi helai cinta yang terpisah,
Menyatukan serpihan-serpihan raga yang lama sudah tanpa jiwa,
Yang kini beradu dalam iktan suci nan indah,
Bersatu dalam cawan cinta, bersama butiran-butiran kasih dan cinta Tuhan di dalam nya,
Hingga senyum terukir bak pelangi setiap saat,
Senja itu memang tak bisa mengembalikan mentari yang tadi bersinar,
Tapi keluargaku mampu membuatku berdiri dan berlari demi cinta.










***** 
**Hadir **

Senin itu, tanggal 02 februari 1993, sekitar pukul 12 malam seorang anak laki-laki telah memecah kesunyian malam dengan tangisan nya, meskipun matanya belum sepenuhya bisa terbuka, namun ia bisa merasakan atmosfir bahagia di sekelilingnya, tangan nya mengepal dengan erat dan badan nya yang mungil merah tersapa oleh dinginnya angin malam, badai air mata seperti sedang melanda bola mata setiap orang di rumah itu, terutama bagi sepasang mata dari sepasang sejoli yang tak lain Ayah dan Ibu sang bayi itu, namun badai itu bukan lah bencana, melainkan luapan kebahagiaan yang begitu sangat di kala itu.Ia, itu adalah aku, aku lahir di rumah yang beralamat di kampung Gandawayang, Desa Cimaja, Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat sekitar 19 tahun yang lalu, aku terlahir sebagai anak pertama dalam keluarga itu, tentunya menjadi sebuah kebahagiaan bagi Ayah dan Ibu, juga keluarga lainnya, apalagi bagi Nenenk dan Kakek ku dari pihak Ibu, aku adalah cucu pertama mereka dari anak pertamanya, Ibu ku sayang.
Sebagai anak pertama aku memang mendapatkan perhatian yang luar biasa dari kedua orang tua ku, meskipun banyak sekali peristiwa – peristiwa yang membuat aku harus bertahan hidup ketika bayi, semasa Ibu masih menyusui ku dulu, payudara ibu terkena penyakit hingga ia tidak bisa memberikan ASI ( Air Susu Ibu) kepada ku, peristiwa ini terjadi cukup lama, sehingga tak heran aku sering disusui oleh Nenek ku, bahkan tetangga ku juga saudara-saudara lainnya, sewaktu itu memang skenario Allah sedang menguji keluarga kami, Ibu hanya diberi pengobatan tradisional dan seadanya saja, mengingat Ayah bukan lah seorang pengusaha, ia hanya seorang guru ngaji dan usaha seadanya dirumah dengan membuka warung kecil-kecilan.
Ada satu wanita yang sampai saat ini ku jadikan Ibu kedua ku, Namanya Ati, ia adalah wanita yang memiliki 2 Orang anak, anak pertamanya sama usianya dengan ku, hingga suatu hari ketika aku masih bayi, aku pernah dititipkan pada nya untuk disusui, sementara pada saat itu Ibu tercinta masih berjuang mengobati penyakit yang ada pada dirinya, demi Aku anak nya.












Allah memang maha segalanya, hingga Ibuku bisa kembali menyusui ku setelah sekian lama aku disusui oleh orang lain, namun itu semua sekali lagi kami yakini sebagai sebuah skenario Allah dalam perjalan hidup kami, keluarga kami.










*****
**Aku kecil**

Semasa kecil, aku memang terbiasa berada dalam dunia pendidikan, ayah yang membuka sekolah madrasah di rumah dengan lahan seadanya, juga ketika sore hari dan waktu subuh membuka pengajian untuk anak-anak di kampung, para remaja juga membuatku terbiasa mengikuti Ayah mengaji, aku juga sering diajar baca tulis dan hitung oleh Ibu dan juga murid-murid ayah, meskipun aku dulu sangat terkenal sekali cengeng, namun itu semua tak mengurangi rasa sayang yang ku dapatkan dari orang-orang disekeliling ku.Tak heran, meskipun usiaku masih relatif muda, dan belum menginjak pendidikan sekolah Dasar waktu itu, aku sudah bisa mengenal abjad, menulis dan berhitung, aku dikenal sebagai anak yang cerdas dan cekatan, hingga kebanggan itu selalu terukir di kedua orang tua ku.
Aku masih ingat bagaimana dulu aku protes dengan cara menangis saat ikut ayah mengajar di madrasah, gara-gara ayah memeberiku nilai seratus (100) aku menangis karena yang aku tahu saat itu bahwa nilai yang terbaik adalah sepuluh (10), namun ternyata nilai seratus itu sudah lumrah di lembaga pendidikan Madrasah di daerah ku, spontan seluruh siswa yang Ayah bimbing tertawa terbahak-bahak, dan Ayah hanya tersenyum kecil sambil menggendongku, malunya aku, hehehe. . .aku pun menutupkan muka di pelukan Ayahku, hingga Ibu ku datang dan aku dibawa pulang oleh Ibuku sambil di gendong dengan senyum lucu di wajah ibuku.
Aku pun kan selalu ingat ketika Ayah memberikan hadiah untuk ku, sebuah sepeda roda tiga karena kemampuan ku dalam membaca, menulis dan menghitung terus meningkat, betapa bahagia nya aku ketika mendapatkan barang itu, apalagi ketika murid-murid Ayah bergantian mendorong dan mengasuh aku di sepeda roda tiga itu.
Ketika kecil akupun selalu ada dalam dekapan Ibu dan Ayah di kamar ketika hujan turun, aku sangat takut sekali dengan kilat dan guntur, tak jarang Ibu dan Ayah ku selalu membaca solawat sambil mendekapku yang gemeteran dan berkeringat karena ketakutan, namun sekarang hujan guntur badai dan petir tak jadi masalah.

*****
**Tangis Untuk Kado Terindah**

Saat aku mulai tumbuh, keluargaku kembali mendapatkan kado terindah dari Allah swt, Ibu melahirkan seorang anak perempuan yang sangat mungil, ia diberi nama siti humaidah, nama itu sudah Ayah dapatkan jauh-jauh hari sebelum adik mungil ku itu terlahir ke dunia, namun sekali lagi kami harus menyadari bahwa skenario yang Allah tuliskan tidak semuanya harus seperti yang kami inginkan, adik mungil ku harus kembali ke dekapan yang maha kuasa, ia hanya merasakan atmosfir dunia kurang lebih 24 jam saja, Ibu sangat sedih dengan peristiwa ini, namun aku melihat ketegaran dan kesabaran Ibu di bola matanya, adik mungil ku menghembuskan nafas terakhirnya saat ibu, aku dan ayah bangun di waktu subuh. Namun kami yakin, adik mungil ku adalah calon surga abadi, dan kami lebih mengikhlaskan kepergiannya menjadi ahli surga. Sekali lagi skenario Allah memang begitu sempurna.








*****
**Satu Lagi Kado Kehidupan**

Kepergian adik ku ternyata bukan lah satu-satu nya kesedihan bagi keluarga kami, ada satu peristiwa yang terjadi di keluarga kami, peristiwa ini sangat melekat dalam ingatan kami, terutama bagi Ayah dan Ibu. Ketika itu sekitar jam 3 pagi, Aku dan Ibu terbangun dari tidur ketika ada yang menggedor pintu rumah dengan sangat cepat dan keras, seperti sedang di kejar-kejar hantu dan meminta pertolongan.
“Neng. . .Neng, gugah Neng, ieu A Ubad. . .” ternyata itu paman ku, Uwa Ubad kami memanggilnya, ketika Ibu membuka pintu, sosok lelaki yang tegar itu sudah bercucuran air mata, ia menangis di hadapan Aku dan Ibu, “ Aya naon A? Aya naon? Sok nyarios atuh a..!” Ibuku seakan merasakan firasat yang aneh, badai air mata seakan keluar padahal paman ku belum berbicara, “ A mamat Neng... A mamat. . .” jawab paman ku sambil tersendu-sendu, “Kunaon Aa ??? “ kata ibuku sambil memeluk ku dan menangis, “Kacilakaan, ayeuna di Rumah Sakit. . .” , Ibu jatuh dan menjerit, air matanya deras mengalir, sambil beres-beres seadanya aku digendongnya menuju rumah sakit bersama paman ku.
Memang saat itu, ba’da maghrib Ayah bersama seoarang muridnya berangkat mengisi pengajian di salah satu acara hajatan di kampung lain, ia mengendarai motor bebeknya yang sederhana, menjadi Da’i mememang adalah salah satu profesinya, namun Allah lagi-lagi mencoba keluarga kami dalam catatan sekenarionya, dalam perjalanan pulang, motor Ayah jatuh, dan Ayah tersungkur bersama muridnya, Ayah pingsan ditempat, dan darah mengalir di celana ayah, murid nya keheranan dari mana asal darah itu, padahal motornya jatuh tidak begitu parah.
Ayah dibawa kerumah sakit oleh orang-orang setempat yang dimintai pertolongan oleh murid Ayah yang tak mengalami cedera sedikit pun, A Asep sebagai seorang murid dengan sabarnya membawa Ayah bersama para warga demi menyelamatkan nyawa Ayah sebagai gurunya.
Kami terheran-heran dan terkaget-kaget, seluruh keluarga tak bisa menahan tangis nya, terutama Ibu, aku yang waktu itu masih kecil pun tak mampu menahan air mata saat mendengar apa yang di katakan dokter,Kurang lebih nya dokter mengatakan bahwasannya dalam usus ayah terdapat batu yang bercabang, dan itu harus di operasi kalau Ayah ingin selamat dan melanjutkan hidupnya, rasanya seakan dipukul batu besar dan lebih menakutkan dari pada guntur dan kilat saat hujan yang kurasakan, tak bisa kubayangkan bagaimana perasaan ibu, nenenk, kakek, dan semua orang yang ada saat itu, Ibu terlunglai sambil menangis dan memohon kepada Allah SWT, aku dipeluknya, aku diciumnya dan aku didekapnya seakan tak ingindi lepasnya.
Dan mungkin satu tamparan lagi bagi Ibu dan Ayah adalah, apabila Ayah di operasi maka kemungkinan Ayah tak bisa mempunyai keturunan lagi, alias aku tak bisa punya adik lagi, Aku bisa membayangkan bagaimana ibu memikirkan biaya untuk operasi Ayah, namun hal itu Ibu pasrahkankepada Allah semata, dan hanya Do’a yang bisa Ibu lakukan saat itu, tak ada yang lain. Namun saya bangga pada Ayah ku, saat sang dokter berkata demikian, ia berkata dengan sangat tegas “Anu ngatur hirup, maot sareng rejeki abdi ngan ukur Allah , teu aya nu sanes. . . kitu oge katurunan, ngan ukur Allah nu ngatur sadayana “, sang dokter terdiam dan tersenyum ramah, rasa haru itu seakan tak pernah pergi dari ruang dimana ayah ku terbaring.
Selama satu bulan lamanya Ayah di Rumah sakit, dari mulai Ayah di operasi dan tahap penyembuhan, darimana biaya yang kami dapatkan? Skenario Allah telah menceritakan dan menuliskan saudara-saudara Ayah yang membantu, aku sangat bersyukur dengan semua mutiara keindahan yang Allah tuliskan dalam skenario kehidupan kami, Allah telah torehkan pelangi-pelangi dengan warna – warna cinta kepada orang-orang terdekat kami.
Dan selama Ayah dirawat di Rumah sakit pula, aku tinggal dirumah dengan bibi ku, atau dititipkan ke tetangga ku, aku masih ingat ketika aku dihibur oleh bi Eem, ia adalah adik dari kakek ku, ketika itu aku disuruh bernyanyi dan menari bersama anak-anak nya seakan tak ada beban di hidupku, aku seakan lupa dengan keadaan yang sedang melanda keluargaku, meskipun itu hanya sesaat.
Ibu, nenek, kakek dan saudara-saudara baik dari pihak Ibu maupun dari pihak Ayah secara bergantian menjaga Ayah ku tercinta di Rumah Sakit, bahkan ada saudar-saudara Ayah yang tinggal di jauh, di luar kota datang menjenguk Ayah, mereke tidak hanya datang dengan tangan kosong, tapi mereka membawa segudang rejeki untuk Ayah baik untuk biaya maupun untuk Ayah pribadi. Tak hentinya aku melihat ibu selalu mengucap syukur kepada sang pemilik hati, Allah swt tuhan semesta alam, sang sutradara kehidupan.








*****
**Buah yang Manis**

Setelah cukup lama Ayah “menginap” di Rumah sakit, akhirnya Ayah pun kembali kerumah, membawa kebahagiaan dan keceriaan di tengah-tengah keluarga kami, meskipun kekhawatiran masih menyelimuti Ibu dan Ayah, kekhawatiran tentang keberlangsungan keturunan itu seakan membayangi Ayah dan Ibu, aku bisa mendengar percakapan mereka di sela-sela malam sebelum tidur, namun sekali lagi Aku bangga dengan keteguhan Ayah dan kesabaran Ibu ku tercinta, mereka tetap berikhtiar dan berdo’a kepada sang sutradara kehidupan.
Dalam wahyu yang suci, sang sutradara menjanjikan sesuatu yang menjadi harapan keluarga kami, sang scrip writer menulis dalam Al-qur’an sebuah Ayat dari sang Sutradara yang mengatakan “ Berdo’alah padaku, Niscaya Aku akan mengabulkan nya. . .”, Sebaris kata tadi rupanya menguatkan keyakinan Ayah dan Ibu ku untuk tetap berjuang demi mendapatkan keturunan kembali, atau supaya aku dapat adik baru, karena memang itu menjadi keinginan kami.
Penantian selama 8 tahun bagiku untuk punya adik baru akhirnya berakhir juga, aku dapat adik laki-laki baru yang tampan, Adik laki-laki ku yang pertama bernama Muhammad Hildan Firdaos, adik laki-laki ku yang ke dua bernama Fahmi Idris, bahkan sekarang Aku mempunyai adik permpuan lagi satu orang, namanya Putri Nurazizah, ini adalah bukti yang Allah berikan kepada kami, sebagai Aktor kehidupan yang menjalankan skenario-Nya dengan sabar dan penuh perjuangan.










Ayah menang  , ia, Ayah ku telah buktikan bahwa tak ada yang dapat menandingi kebesaran Allah swt, dengan skenario yang Ia tulis untuk seluruh manusia di bumi ini, tentunya dengan sentuhan cinta dan kasih sayang, dengan lukisan warna-warna seindah pelangi di setiap jalan nya, dengan sedikit garam kehidupan ditambah kaldu kesejukan yang disisipkan di setiap belahan jiwa setiap manusia.





*****









SKENARIO KE 2
***



**Nama : Saepul Hamdi**

Kata-kata di atas saya tulis di buku tulis pertama saya, dengan menggunakan  pensil yang tadi malam di raut dengan silet yang juga baru untuk diruncingkan, di bangku paling depan saya memilih duduk di hari pertama saya sekolah di Sekolah Dasar Negeri Gombong, Desa cimaja , Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi.
Seragam putih merah, lengkap dengan dasi dan topi aku kenakan hingga menambah kepercayaan diri ku berangkat ke sekolah, dengan bekal doadan uang jajan yang seadanya aku berangkat bersama teman-teman ku.
Aku dan teman-teman sekampungku yang juga satu sekolah bersiap-siap berangkat sangat pagi sekali, matahari pun masih setengah terbangun dari tidurnya, kami mempersiapkan segala keperluan sekolah atau mungkin hanya mengecek nya, biasanya setelah aku siap berangkat dengan segala atributku, aku menunggu di depan rumah ku yang hanya setengah tembok (di daerah ku disebut “Satengah Bilik”, karena rumahnya hanya pondasinya saja yang terbuat dari tembok, sementara dinding dan bagian atasnya berbahan bambu yang di anyam), biasanya aku hanya menunggu beberapa menit saja, menunggu teman-teman ku yang dari arah barat menjemput untuk berangkat bersama-sama.
Setelah kami berkumpul lengkap, kami pun berangkat bersama dengan hanya jalan kaki, sekolah kami memang sangat jauh, namun kami tetap memilih untuk berjalan kaki, ini bukan lah tradisi melainkan karena memang Sekolah Dasar tempat kami belajar melewati jalan setapak, perkebunan warga, perkebunan bambu dan perkebunan karet.
Namun semua itu tak membuat kami jera atau bahkan malas untuk berangkat sekolah, justru itu menjadi sebuah keasikan sendiri bagi kami semua, sambil bercanda ria, tertawa bersama sambil melewati ilalalng yang kadang membuat kaki dan tangan kami gatal-gatal. Jika musim panas, biasanya kami tak terlalu terganggu karena ilalang atau tumbuhan lainnya di perkebunan warga, karena biasanya tumbuhan-tumbuhan itu kering dan tidak mengotori tubuh atau pakain kami, dan ketika kami pulang sekolah kami harus tahan dengan keringat akibat dari sengatan matahari. Namun ketika hujan turun kami agak sedikit terganggu, karena jalanan setapak yang becek, yang tak jarang jalanan itu sangat licin dilalaui, rumbut-rumput yang berair yang kadang-kadang mengotori pakaian sekolah kami dan kadang pula membuat kaki dan tangan kami gatal-gatal. Kami pun harus rajin-rajin membawa plastik ketika hujan, untuk mengantongi buku-buku dan alat tulis lainnya di dalam tas sekolah kami, aku memang sering membawa payung, namun teman ku banyak yang tak punya payung, sehingga tak jarang kami menggunakan payung ber tiga, atau bahkan kami pulang dengan hujan-hujanan.



*****
**Profokator**

Suatu hari, ketika aku dan teman – teman ku pulang dari sekolah dan saat itu hujan sedang turun dengan derasnya, awalnya kami menunggu hujan reda di sekolah yang ada di pinggir hutan dan perkebunan karet. Namun karena hujan itu tak kunjung reda, kami memilih untuk pulang mengingat waktu pun bergerak semakin sore, dan kami tak ingin itu terjadi, karena apabila waktu beranjak ke sore hari, kami akan sangat ketakutan di perjalanan karena hujan dan gelap, akhirnya aku dan beberapa teman ku berjalan dengan menggunakan payung sementara teman ku yang lain ada yang menggunakan daun pisang yang dipotong di kebun belakang sekolah, sepatu kami dilepas, setagam kemeja putih pun tak luput kami lepas, kemudian kami amankan keduanya di dalam tas, dan dibungkus plastik, mula-mulanya kami berjalan seperti biasanya, namun ketika memasuki kawasan perkebunan dan hutan karet salah satu dari kami, Dadan namanya  lari meninggalkan kami dan berteriak “Hayu barudak bisi aya culikkk. . . “, spontan kami semua lari karena ketakutan, tak perduli jalanan yang kami lalui, ada yang menerobos perkebunan ubi warga, loncat kesana-kemari, teriakan histeris dari anak-anak perempuan, bahkan ada yang sambil nangis dan memanggil manggil ibunya, termasuk aku yang saat itu menggunakan payung, sampai-sampai payungku nyangkut ke batang ubi yang cukup tinggi yang membuat payung ku berbalik, namun aku tak perduli ku pegangi payung itu yang tak lagi meneduhi tubuh ku sambil berlari dan berteriak ketakutan. Dan ketika kami sampai di perkampungan, kami semua berhenti dengan nafas tersengal-sengal, sekujur tubuh kotor dan basah kuyup, kemudian tiba-tiba salah seorang di antara kami tertawa terbahak-bahak, dan spontan kami yang tadinya ketakutan tertawa bersama, seakan ketakutan yang tadinya dirasakan menghilang sekejap dan seakan sesuatu yang sangat lucu datang tiba-tiba menghantam kotak tertawa kami, apalagi ketika kami melihat satu sama lain, melihat penampilan kami yang tak serupa dengan aslinya, ada yang dimukanya terkena lumpur sehingga mirrip dengan tentara yang akan berperang di hutan belantara, melihat baju – baju yang tadinya bersih menjadi kotor, ada dedaunan yang menempel di rambut, dan hal – hal yang lain yang menjadi pemicu kami tertawa terbahak-bahak.Kemudian mata kami semua tertuju pada satu orang yang tertawanya terlihat sangat puas, dan tak henti – hentinya, seperti sudah memenangkan sebuah pertandingan, atau mungkin seakan setelah mendapatkan hadiah yang sangat besar, atau memang berhasil mengerjain serombongan anak-anak menjadi ketakutan, ia dia adalah dadan, sang propokator kekacauan yang berakhir dengan tawa dari setiap bibir mungil yang polos, tiba – tiba tawanya terhenti saat melihat kami memperhatikannya, dan kami semua tak tinggal diam, beberapa orang diantara anak laki-laki mememganginya dan kami menggelitik Dadan sampai tawanya menggaung tak tertahankan, dan kami tertawa bsemua tertawa kembali sambil memberi hadiah pada sahabat kami Dadan.Ada bocoran dikit, anak perempuan yang saat itu paling cantik Suryani namanya, terlihat seperti orang-orangan yang di sawah, hehehe. . .rambutnya yang panjang jadi acak-acakan, di mukanya da lumpur dan pakainnya kotor. Kecantikan memang harusnya dari hati hehehe. . .karena kalau udah gitu, cantik nya lagi mampir dulu ke jauh .









***** 
**Musim Favorit**

Beda lagi ceritanya kalau sedang musim panen buah –buahan, rasanya kami sangat bersemangat berangkat kesekolah, biasanya ketika musim ini datang kami selalu pergi bersama lebih pagi. Ini semua bukan berarti disekolah kami akan berebut tempat duduk atau berebut hadiah yang sudah di siapkan ibu atau bapak guru di dalam kelas, melainkan kami  sangat senang sekali ketika berangkat kesekolah dan di perjalanan kami tak langsung ke sekolah, melainkan kami sibuk berjalan – jalan ke perkebunan warga tertama ke perkebunan yang banyak pohon- pohon buah-buahan nya, seperti buah mangga, dukuh, durian, manggis dan lain-lain. Sebenarnya kami tak ada niat untuk mencuri, kami hanya memungut jika ada buah-buahan yang jatuh, entahlah itu termasuk mencuri atau tidak, hehehehe yang jelas selama musim buah hal itu sering kami lakukan, dan ketika buah pungutan kami bagus, kami biasanya biasa menjualnya ke teman-teman di sekolah, pernah suatu ketika saya mendapat buah durian yang cukup besar dan wangi tandanya buah durian itu matang, dan saya mengupas buah durian yang memang matang itu bersama teman – teman saya di sekolah. Bagi kami itulah kesempatan bagi kami merasakan nikmatnya buah-buahan yang sering kami lihat di poster di dinding dalam ruang kelas kami, semua itu menjadi kenangan manis , semanis manggis yang kami pungut di kebun orang. Hehehe. . .

*****
**D’Jahil**

Namun kenangan – kenangan indah bersama teman – teman ku di SDN Gombong hanya sebentar saja, karena di sana aku hanya sampai kelas 2 saja, itupun ketika pertengahan kelas 2 aku pindah sekolah ke SDN 2 Cihaur, karena orang tua ku memutuskan pindah rumah ke kampung cihaur.
Namun sebelum saya pindah, banyak sekali memori-memori indah nan tak kan terlupakan yang lainnya bersama teman – teman ku di SDN Gombong. Jail dosa gk ya? Hehehe. . . dulu aku bersama dua orang sahabat dekat ku Wahyudin dan Yopiyandi sering sekali berlaku jahil pada seorang anak perempuan yang satu kelas dengan kami, namun anak perempuan itu tak sekampung dengan kami, namanya Cuneng, dia gadis yang dianggap biasa saja di kelas, namun bagi kami bertiga dia adalah anak perempuan yang memiliki aura berbeda, yaitu aura kami untuk menjahili dia, hehehe. . .
Hampir setiap hari kami bertiga mengotori seragam rok nya Cuneng dengan sepatu kami, atau kami mengganggu nya saat dia belajar, dengan menggoyang-goyangkan bangku atau mejanya, menarik-narik tas nya dan banyak lagi cara kami jahil sama Cuneng, sampai-samapi kami bisa terbahak- bahak melihat Cuneng marah-marah sambil cemberut dan mengejar-ngejar kami dengan tangan seakan memukul kami, tidak hanya itu, dia pun selalu menakut-nakuti kami dengan berbicara akan melaporkan kelakuan kami pada Ayahnya, “Awas maneh barudak, dibejakeun ka bapak urang . . .”, itu yang sering dia katakan kalau setiap kami ganggu. yang semua orang tau bahwa Ayah nya Cuneng adalah seorang yang disegani, di sebut “Jawara“ di daerah kami, yang memang tampang nya sangat menyeram kan bagi kami yang melihat nya. Tapi ternyata otak jahil kami mengalah kan itu semua, kami hanya menganggap itu semua hanya omongan belaka, malah kami semakin sering dan semakin jahil terhadap gadis ini, sadis juga ya kita-kita ini  hehehe




***** 
**Kapok**

Sampai suatu hari, Cuneng pulang lebih awal tak seperti biasanya dari sekolah, kami bertiga seperti kehilangan sesuatu, maksudnya tak ada objek untuk lahan otak jahil kami, hehehe. . .
Kami iseng-iseng nanya ke anak-anak lain kenapa Cuneng pulang duluan, padahal pelajaran masih ada, lalu Ika salah satu teman kelas kami juga berbicara dari arah pintu sambil sedikit memojokan kami “ Hayoo maneh dak, si Cuneng balik arek bebeja ka bapak na, da sok di jailan wae ku maraneh nya? “ sambil jari-jarinya yang cukup membuat kami takut karena menunjuk ke arah kami, spontan kami agak sedikit gemeteran dan takut, ( Jujur saya gak sedikit takutnya, tapi takut bangett. . . ), kami bertiga mulai salah tingkah dan saling menyalahkan, “Hayo jang epul, tanggung jawab ah. . . “ itu ujar wahyudin mencoba memojokan saya dengan gelagat candanya, “ Ah, pokonamah da wahyudin oge saruana nya jeung yopi . . .” aku mencoba membela diri sambil melirik mereka berdua, dan sedikit tertawa namun akhirnya terdiam juga karena takut dan sangat takut malah Cuneng  benar-benar melaporkan kelakuan kami bertiga kepada Ayahnya, jantung kami berdetak lebih kencang, tak henti – hentinya selama belajar membaca oleh Pak Wardi kami salng melirik dan sedikit ngobrol tentang Cuneng dan Ayahnya.
Bel dari pelek mobil yang sudah tak terpakai kemudian di pukul oleh besi sehingga terdengar suara bel gereja akhirnya dibunyikan juga, itu tandanya kami segera bisa pulang ke rumah, Aku, Wahyudin dan Yopiyandi sesegera mungkin merapikan alat-alat sekolah kami yang berserakan di atas meja kami, dengan tergesa- gesa kami langsung keluar kelas dan langsung jalan dengan cepat untuk pulang, karena bayang-bayang tentang Ayah nya Cuneng masih teringat-ingat oleh kami, namun ternyata akhirnya kami pulang bareng – bareng juga dengan yang lainnya.
Saat Aku mencoba bercanda dengan teman-teman di jalan yang dikelilingi pohon karet, berharap kekhawatiran ku dan kedua teman ku hilang, namun yang namanya skenario Tuhan memang gak bisa kita tebak-tebak. Dari kejauhan kami melihat seoarng Lelaki dewasa sedang berjalan ke arah kami dengan seorang anak kecil perempuan di pegang tangannya di sebelah kanan laki-laki itu, dan sebelah kirinya laki-laki itu sedang memegang golok.
Semakin agak mendekat semakin jelas kedua sosok manusia itu, terutama ank perempuan kecil itu, dan tiba – tiba Yopiyandi berkata “ Eh dak, itu mah si Cuneng jeung bapak na, bangunamah arek nyarekan uy . . .Lumpattt...!!!”, spontan kami semua termasuk aku berlarian ke arah hutan karet, kami tak tahu arah kami berlari, hamya saja kami tak mengikuti arah jalan setapak seharusnya, sambil berlari kami pun saling berteriak histeris, sampai lkami melewati sebuah solokan yang cukup lebar, dan kamu melewati pagar perkebunan warga, satu- satu diantara kami masuk kedalam pagar itu, dan ketika giliran saya, tas yang saya gendong yang ukurannya cukup besar tak dapat lolos dari jaring-jaring pagar yang membatasi perkebunan warga, spontan saya panik dan akhirnya saya menangis dengan keras dan mencoba dengan keras untuk lolos dari sangkutan pagar itu, “ Mama. . .barudak dagoan atuh urang, tong ningalkeun. . .mamaaa...!!!” (ekspresinya sambil nangis .. heheh jadi malu ).
Aku benar-benar ketakutan dan panik karena melihat teman – teman ku berlarian, sementara Aku tersangkut di pagar, akhirnya Aku ditolong oleh Wahyudin dan Yopiyandi, mereka emang teman sejati, baik dalam kebaikan maupun hal-hal yang jahil. Hehehe. . .
Setelah sekian jauh kami berlarian, akhirnya kami kebingungan untuk jalan pukang, karena kami gk tahu itu dimana,  namun alhamdulilah ada seorang bapak yang sedang memotong pohon pisang dan menunjukan jalan kami pulang, dari semenjak kejadian itu, tak ada lagi acara jahil ke Cuneng sebagai target awal rencana-rencana jahil kami, aku dan kedua teman ku berubah total, karena takut.  Hehehe. . .
Dan hal yang paling tak kan pernah kulupakan yaitu ketika aku kelas 2 SMK dan waktu itu mudik kerumah, ada seorang gadis yang mengaji di rumahku dengan Ayah ku, dan ternyata. . .
Gadis itu adalah “CUNENG”, ya, gadis yang dulu selalu ku jahili ketika SD, wah pokonya bener-bener malunya aku. . .hehehe
Skenario Allah memang gak bisa di tebak deh pokonya 

***** 




SKENARIO KE 3
***
**Dia, yang mengalihkan dunia**

Hari itu, aku kembali memerankan peran ku yang di tulis sang sutradara kehidupan sebagai anak SMP, Aku diterima disalah satu Sekolah Menengah di suatu daerah yang jarak nya kurang lebih 4 Km dari rumah ku, Jl.Kelapa satu, sukawayana, disanalah aku menemukan diriku, menemukan peran ku sebagai aku yang aku impikan dari dulu.SMP Negeri 1 Cikakak, disanalah aku sekolah bersama ank-anak lainnya. Dihari pertama MOS ( Masa Orientasi Siswa), seperti biasa senior yang notabene para pengurus OSIS lulu lantang mengumpulkan kami di lapangan basket yang juga lapangan upacara, mereka berteriak- teriak menyuruh kami berkumpul dilapangan itu dan berbaris secepatnya dengan rapi, namun tetap saja diantara siswa baru ada saja yang datang telat, mereka berlarian dengan sangat btergesa-gesa, termasuk aku. Untung saja aku gak telat terlalu lama, jadi bisa langsung masuk barisan, aku rapikan bajuku dan kupake topiku sambil melirik kekanan dan ke kiri. Kedua teman sekampungku Yosep dan Yedi berada di barisan yang berbeda dengan ku, mereka ada dibarisan kelas C, sementara aku ada di barisan kelas A, karena memang itu sudah diatur-atur oleh kakak – kakak senior.Tegang sih rasanya, namun asik juga melihat dan merasakan atmosfir baru saat itu, aku berkenalan dengan seorang anak di sampingku, ia bernama Hamzah Fansuri yang ternyata akrab dipanggil Riri, kami berdiskusi kecil sebentar kemudian kami terdiam dan fokus kedepan memperhatikan senior yang cuap-cuap di depan dengan menggunakan megaphon putih, sejenak aku melihat – lihat ke beberapa seniorku, ada perasaan kagum saat aku melihat mereka, bisa berbicara di depan orang banyak, bisa mengatur anak-anak baru yang segitu banyaknya, bisa berteriak-teriak tanpa malu, dan lain sebagainya.Lalu terbesit dalam fikiran ku, apakah aku bisa seperti itu? Bahkan lebih mungkin? Ahh . . aku kembali sadar dari bayanng-bayang itu, namun entah lah seperti ada sebuah tekad yang menyelinap kelubuk hati ini untuk mewujudkan bayang-bayang itu, tiba – tiba semua bertepuk tangan saat Sie.Acara memanggil Ketua OSIS nya untuk memberikan sambutan dan sekaligus pengarahan kegiatan MOS itu. Aku terkaget bukan main, kaget bukan karena aku menemukan sesuatu yang menakutkan atau mengerikan, bukan pula sesuatu yang tidak ingin aku lihat, melainkan aku kaget melihat seorang yang berdiri di depan dengan tegap nya, dengan penuh percaya diri dan tatapan mata percaya diri, dia berbicara dengan lantang dan piawainya, dia adalah paman ku sendiri Eva Royandi, adik dari Ibu ku yang dulu ketika di bangku Sekolah Dasar dikenal sebagai anak yang bodo, culun bahkan selalu menjadi nomer terakhir di kelas, aku kaget, terharu dan bangga saat itu, aku benar-benar melihat sosok yang berbeda, sangat jauh berbeda, sangat luar bisa, menggedor sanubari ku, membakar decak-decak bangga saat itu, paman ku menjadi orang yang luar biasa dan berdiri di hadapan ku, dia mampu berubah dari keadaannya yang dulu, aku benar-benar tak mampu berkata apa- apa saat melihat nya, dia berhasil, dan kembali tekad ku tergugah saat menyaksikan itu semua, kini bukan hanya selipan tekad, namun sepenuh nya tekad itu ku bulatkan untuk berubah menjadi lebih baik, untuk bisa menjadi aku yang sesungguhnya, aku yakin aku pasti bisa, aku yakin suatu saat nanati aku yang akan berbicara di depan sana.






Tak henti – hentinya aku bertekad dalam hati, berteriak dengan segala motivasi diri, aku semakin bersemangat menjalani hari – hari di MOS ini, setiap hari aku belajar memperhatikan senior-senior ku yang membimbing, aku benar-benar berada di planet motivasi untuk berubah. Keinginan ku untuk berubah kumulai di hari-hari selanjutnya dalam kegiatan MOS ini, aku selalu belajar mengangkat tangan dan bertanya saat ada materi dari Bapak atau Ibu Guru selam kegiatan, aku pun selalu ingin maju kedepan saat ada permainan dari senior, ya tak bisa ku hindarkan tawa yang selalu menggelegar dari teman-teman sekelas saat aku bicara atau kedepan, karena tak jarang Aku gugup dan terbata-bata saat berbicara, namun semua itu, tawaan mereka dan teriakan mereka seakan semakin membakar semangat ku untuk selalu mencoba dan semakin berani, aku merasakan sesuatu dalam diri ku, dalam sanubariku, sebuah kenikmatan dan motivasi untuk tetap mencoba.Hingga di sehari sebelum acara MOS berakhir, kakak senior mengumumkan akan di adakan acara pentasa seni dipenghjung acara, dan siapa yang ingin menyumbang atau menampilkan kreasi agar mendaftar dengan segera. Sejenak aku berfikir, inilah salah satu kesempatan ku untuk menguji sejauh mana keberanian ku, inilah kesempatan ku untuk membuktikan bahwa aku bisa, inilah kesempatan untuk aku bahwa aku mampu, meskipun aku tetap melawan kebingungan apa yang harus ku tampilkan kalau aku daftar, karena aku tak bisa apapun saat itu, fikirku.Lalu tiba – tiba dengan modal nekad aku angkat tangan, dan berkata bahwa aku akan ikut meramaikan pentas seni, aku daftar dan aku akan tampil bernyanyi. “ Teh Ani, saya mau daftar teh. . .  !!!”, teriakku dari bangku ke tiga sebelah kanan sambil berdiri, serempak semua teman dikelas tepuk tangan, padahal aku masih tak tahu apa yang harus kulakukan selanjutnya, “Kamu mau nyumbang penampilan dibidang apa pul..???” jawab teh Ani, waduh aku benar-benar bingung dan kikuk, “Saya mau Nyanyi teh, lagunya Glen Fredly. . . “ spontan aku menjawab dengan segala kenekatan ku, padahal jelas – jelas aku tak bisa bernyanyi, tapi ya sudah lah aku tak pikirkan bagaimana nantinya waktu itu, semua teman – teman dikelas bersorak mendengar itu, termasuk satu gadis yang menarik perhatian ku saat hari pertama MOS, hehehe. . . Dari kenekatan yang aku munculkan dari semenjak hari pertama MOS, ternyata membuat aku dikenal oleh hampir seluruh teman-teman peserta MOS di kelas, juga kakak – kakak senior. Termasuk saat aku mendaftar untuk tampil bernyanyi sebuah lagu dari Glen Fredly pada acara kreasi seni. Sepulang dari MOS, aku minta Ayah ku mengantar aku kepasar untuk membeli kaset, ya sore harinya aku berangkat bersama Ayah ku ke pasar dengan niat untuk membeli kaset Glen Fredly versi karaoke nya, untuk latihan dirumah.Aku bangga dengan kedua orang tua ku, mereka berdua sangat mendukung ku meskipun mereka tahu bahwa aku tak bisa bernyanyi, mereka tak pernah sedikit pun mengatakan “Kamu kan gk bisa nyanyi?” atau “Emang kamu bisa nyanyi nak?” tak ada kata-kata semacam itu keluar dari mereka atau kata-kata keraguan lainnya, sebaliknya mereka menunjukan sikap mendukung dan memotivasi aku sebagai anaknya, dan mereka tahu akan keadaan ku dibandingkan siapapun di dunia ini, termasuk mungkin saat itu diriku sendiri.Masih aku ingat ketika adik kecil ku sayang ingin menonton TV, menonton acara kartun  kesayangan nya, namun kemudian ia di bujuk mama ku sayang untuk bermain keluar, karena mama ku tahu bahwa aku akan latihan bernyanyi menggunakan TV dan DVD untuk acara pentas seni di hari terakhir acara masa Orientasi Siswa baru di SMP.Hari pentas seni pun tiba, aku duduk dengan detak jantung yang sangat berdebar, nafas seakan-akan berebutan keluar masuk hidung ini, lagi-lagi ku usap keringat di dahi ku yang tak kunjung berhenti mengalir, seragam Sekolah Dasar yang kupakai seakan membuat badan ke semakin gerah tak terkalahkan, apalagi ketika nomer urut tampil ku semakin dekat dipanggil oleh pembawa acara, aku benar-benar merasakan atmosfir yang menantang, aku akan tampil di hadapan banyak orang untuk pertama kalinya, menampilkan kreasi yang aku sendiri baru kali ini mencobanya, entah apa yang akan terjadi padaku nanti di atas pentas, yang jelas waktu itu aku benar-benar mengusir segala bayangan yang mencoba mendobrak masuk fikiran ku saat itu, hingga akhirnya nama ku pun dipanggil untuk tampil oleh pembawa acara. “Baikalah penonton. . .kita tampilkan sang penyanyi ngetop, yaitu Glend Fredly nya Sekolah kita, Saepul Hamdi . . . !!!” , teriakan Pembawa acara memanggil namamaku, tak ayal sorak suara penonton dan tepuk tangan yang begitu meriah bersama meriah nya detak jantungku menyambut aku, ya aku yang akan tampil, di penampilan perdana ku.Sorak penonton yang di iringi tepuk tangan mereka memang sangat menggelegar ruang kelas yang dimodif dan dibuka skatnya menjadi aula itu, namun, sepertinya sorak penonton itu tak berhenti-berhenti, malah semakin riuh dengan diiringi tawa yang menggelegar dari setiap sudut. Ku coba memahami, sambil aku bernyanyi dan melihat kesemua arah, ahhh. . . aku baru sadar, ternyata mereka menertawakan penampilan ku, aku bernyanyi dengan suara yang sangat fals dan tak berbarengan dengan musik, bisa di istilahkan musik mengalun ke barat aku bernyanyi ke timur, pokonya benar-benar tak dapat ku ungkapkan dengan kata- kata, namun aku merasa sangat aneh, aku tak merasa sedikit pun malu, malah semakin riuh penonton bertepuk tangan dan bersorak, maka semakin berani aku bernyanyi, meskipun aku sadar penampilan ku sangat kacau, bahkan aku mengajak penonton mengangkat tangan nya bersama dan bernyanyi bersama-sama.“Tuhan bila masih ku diberi kesempatan . . Izinkan aku untuk mencintanya. . .Namun bila waktuku telah habis dengan nya.  . .Biarkan cinta ini. . . Hidup untuk skali ni saja. . . .”Semakin keras dan keras tepuk tangan dari penonton saat syair terakhir itu aku lantunkan. Namun sungguh luar biasa, setelah kejadian itu aku dikenal hampir oleh seluruh siswa-siswi baru, bahkan kakak-kakak senior dan guru-guru yang menyaksikan, aku sering disebut Glend Fredly bajakan juga loh.hehhee, aku merasa sangat terbiasa dengan omongan-omangan orang-orang disekitar ku, semua yang mereka lontarkan tentang diriku baik yang memuji keberanian ku maupun yang mengejek kekacauan ku saat bernyanyi, semuanya seakan menjadi api penyemangat yang semakin membakar jiwa ku yang ingin melakukan revolusi ke arah lebih baik, aku menikmati semua itu, menikmati tantangan, menikmati ejekan, pujian , tawaan, sindiran dan lain sebagainya, ku campur semuanya menjadi sesuatu yang indah, sangat indah, lebih indah dari warna-warna pelangi yang Tuhan ukir di langit sana. Semuanya berawal dari sosok nya, sosok Dia, paman ku. “Aku pasti bisa berubah, Aku pasti bisa menjadi lebih baik paman . . .” tekad ku dalam hati. 










*****
**Cinta Monyet**

Selain riri, aku juga kenalan ma anak-anak lain nya di kelas saat MOS, mereka semua memang teman baru yang membuat ku merasa asik di kelas, mereka juga unik dan rame, ada basir, seorang anak yang badan nya agak gemuk dan lucu, ada neng yani si rambut panjang, ada erma, siti fatonah, shelia, dan banyak lagi yang lainnya, mereka semua pintar-pintar dan sangat bersahabat, dan ada satu lagi anak perempuan yang ku kenal di kelas, namanya Norma Gemilang, ini dia anak perempuan yang membuat hatiku berdebar dengan getaran yang berbeda. hehehe. Dia duduk di belakang ku, dia sebangku dengan neng Yani si rambut panjang, tapi jangan salah loh, Norma juga rambutnya panjang, kulitnya sawo matang dan punya lesung pipit, manis deh pokonya . . hehehe
Mulanya kami bergaul dan beraktifitas di kelas biasa saja, apalagi ketika pertama aku dikelas, dia cuek banget. Maklum aku pendiam banget awalnya, namun seiring aku selalu menunjukan keberanian ku saat MOS, dia yang mengajak kenalan duluan sama aku, dalam hati aku bersorak “Yess. . .hehehe”
Hari-hari ku jalani dengan semangat dan penuh kesungguhan, ya salah satunya karena aku pasti ketemu ma norma tiap hari, kami sering menjadi kelompok kerja saat ada tugas dari senior-senior, tak jarang kami pun mengobrol bersama, bercanda, jajan di kantin dan curi-curi pandang, rasanya aku benar-benar merasakan sesuau yang aneh, sangat bahagia dan indah terasa, hingga tanpa aku sadarai sebenarnya temen-temen di kelas memperhatikan kedekatan ku dengan norma, si gadis manis ku, hehehehe. . .







Hingga suatu hari, aku benar-benar kaget dan maluuu. . . banget, ketika disuruh oleh senior kedepan untuk mengikuti permainan dari mereka berdua dengan Norma Gemilang, aku benar-benar gemeteran, seperti ada sesuatu yang direncanakan, namun entah siapa dan apa maksudnya , aku benar-benar merasa ada yang ganjal, ditmabah dengan reaksi teman-teman di kelas yang menyebut namaku dan norma, wah... memang benar-benar gak beres.
Sejak kejadian itu, rupanya teman-teman ku tau bahwa aku menyukai norma, bahkan tidak hanya itu kakak-kakak senior ku juga ternyata memperhatikan kedekatan kami, sehingga tak jarang dalam setiap kesempatan aku dan Norma selalu di tempatkan bersama, aku menikmati itu semua, karena memang aku menyukai norma, dan aku juga bisa merasakan getaran yang sama dari Norma, terbuki setelah semua yang terjadi di antara kami, Norma malah semakin perhatian dan baik terhadap ku, wah aku lemes banget deh di buat nya. . .hehehe . Aku dan Norma jadi semakin sering bersama, ngibrol bersama, dan jajan bersama, ya meskipun masih bareng-bareng ma temen-temen yang lainnya, karena aku benar-benar belum berani dan masih malu-malu kalau harus jalan berdua, apalagi respon dari teman-teman ku yang luar biasa membuat mukaku memerah dan salah tingkah.
Hingga MOS berakhir, aku agak sedikit kaget dan kecewa, ketika MOS berakhir aku dan norma jadi berbeda kelas, Dia dan temen-temen yang lainnya masih tetap di kelas A, sementara Aku dan sebagian yang lainnya lagi dipisahkan, dan aku sendiri masuk dikelas D. Jujur, ketika hari-hari pertama aku dipindahkan kelas, aku merasa tidak nyaman, ada sesuatu yang hilang, dan kau merasa sangat kesepian, terutama aku kehilangan Norma, padahal hanya pindah kelas aja, aku memang jadi kembali pendiam di kelas D ini, namun seiring berjalannya waktu, aku berfikir aku harus punya teman dan kembali bersemangat, aku duduk dengan Yedi, teman sekampung ku juga, aku mulai membuka diri denagan teman-teman di kelas D, aku mulai membiasakan diri dengan mereka, ternyata teman-teman di kelas D tidak jauh mengasikan dengan Kelas A dimana dulu aku ditempatkan, bahkan mungkin jauh lebih mengasikan, aku kenal dengan Angga, seorang anak yang berwajah garang dan bertubuh besar, Nurvianti, irfan, imam, nurdin dan masih banyak lagi yang lainnya.
Namun tetap, hatiku masih terikat dikelas A, aku masih merindukan norma gemilang, aku sering mengintip dari celah pintu kelas, aku pun sering melihat norma yang sering lewat di depan kelas ku, ah. . .aneh nya aku semakin tidak berani menyapa dia, malah aku sangat jat=rang sekali bertemu langsung dengan dia, aku hanya bisa saling tersenyum dengan nya, begitupun dengan norma, entahlah aku benar-benar tak berani dan canggung kalau harus menyapa dia, hingga suatu hari aku mencari akal bagaimana caranya bisa menyapa dia, meskipun pada akhirnya kau menyapa nya hanya dengan tulisan.Siang itu, sepulang sekolah aku memberanikan diri mampir ke salah satu minimarket dekat sekolah ku, aku membeli sebuah buku diary kecil seharga Rp.17.500 saat itu, buku itu bukan lah buku yang aku ingin miliki secara pribadi, namun buku itu aku beli untuk Norma, ya aku akan menulis dalam diary itu segala rasa yang ada dalam hati ku selama ini.Di kamara tidurku, ba’da isya aku rebahan di atas kasur, ku pandangi diary biru yang tadi siang ku beli, tak lama aku ambil sebuah balpoin dan aku kembali ke atas kasur dengan posisi tengkurap, aku buka halaman awal diary itu, dan kumuliai bercerita tentangb rasa dihatiku, untuk Norma.
“Assalamu’alaikum. . . Hai Norma, apa kabar? Aku harap kamu baik-baik aja ya, aku kirim diary biru ini buat kamu, aku wakilkan semuanya lewat diary biru ini, pertama aku benar-benar merasakan kesepian saat harus pindah kelas, maaf kalau lancang, tapi aku memang menyimpan rasa cinta sama kamu, sejak pertama kita kenalan dan hari-hari MOS, aku udah menyimpan rasa suka sama kamu, maaf ya aku gak bisa ngomong langsung, soalnya aku malu sama temen-temen dan terutama kakak-kakak senior yang udah tau ini, harap dimaklum ya ? dan kalau gk keberatan aku tunggu balasannya ya. . .”
Kurang lebih seperti itulah kata-kata yang aku tulis malam itu, dan itu menjadi surat pertama yang aku tulis, meskipun lewat sebuah diary. Aku titipkan di pagi hari saat masuk sekolah ke salah satu teman ku di kelas A, yang juga teman dekat Norma, namanya Dea, dea memang selalu memberikan informasi mengenai norma, ya bisa dibilang dea adalah mata-mata yang membantu ku, hehehe. . . tak jarang dea selalu dengan sengaja datang  ke kelas ku memberitahu keadaan norma setiap harinya.Hingga akhirnya, aku terima balasan dari Norma, dia mengungkapkan hal yang sama terhadapku dalam surat balasannya, dan dia sangat menyukai diary yang kuberikan, aku benar-benar merasa sangat bahagia, tapi aneh, setelah jadian lewat surat, aku dan norma seakan semakin menjauh, kami tak pernah berjalan berdua, mengobrol atau hal lainnya, kami hanya saling membalas senyuman saat bertemu, kami hanya saling lirik, dan tak pernah sekalipun mengobrol langsung, apalagi waktu itu aku masih belum punya handphone,, sehingga tak ada komunikasi diantara kami.
Hingga sesuatu yang ganjal terjadi, di kelas A, dimana di kelas Norma, ada satu anak baru yang masuk, dia pindahan dari Jakarta, namanya Hari, orang nya putih dan lebih tinggi daripada aku. Entahlah, aku merasa takut kalau norma jatuh hati padanya, aku takut kehilangan norma, padahal selama ini kami tidak pernah berkomunikasi setelah jadian lewat tulisan.Ah, kenapa aku berfikiran seperti itu, aku benar-benar tak bisa berfikir jernih kala itu, hingga suatu hari, aku benar-benar shok dan tidak percaya, apa yang kupikirkan menjadi kenyataan, dea bercerita kepadaku bahwa norma menyukai Hary, dan seminggu setelah itu, mereka jadian, hati ku benar-benar hancur, aku benar-benar terpukul karena peristiwa itu, aku mendadak jadi pemurung, dan tak bersemangat, aku tak pernah sedikit pun memberi senyuman kepada norma meskipun kita berpapasan, aku benar-benar sakit hati, sakit hati karena merasa di khianati, aneh memang, padahal aku yang salah karena mendiamkan norma, sehingga kau kehilangan dia, tapi semuanya sangat sulit kuterima, butuh waktu lama untuk aku kembali bersemangat, ya butuh waku yang cukup kama, karena norma adalah cinta pertamaku. Hingga akhirnya aku bisa benar-benar bangkit, dan aku sadar bahwa aku masih ahrus belajar banyak dalam dunia percintaan, dan aku harus sadar bahwa aku memang masih belum bisa dalam hal yang satu ini
Namun dari peristiwa ini aku pun belajar banyak, belajar hal baru, belajar tentang sesuatu yang baru ku kenal, yang tak pernah berlabuh sebelumnya, aku benar – benar belajar tentang bahagia sekaligus sakit hati, dan aku belajar bahwa cinta tak harus selamanya memiliki, meskipun ini hanyalah cinta monyet.




*****
**Pelangi yang Utuh**

Aku benar-benar menikmati persahabatan dengan teman-teman di kelas, mereka semua menjadi pelipur di setiap laraku, mereka bak pelangi indah yang menghiasi indah nya hari-hari ku, senyuman sahabat-sahabat ku seakan membuat setiap langkah ku manis, mereka memang luar biasa, dengan segala karakter yang berbeda namun senua itu menjadi warna, warna yang begitu memukau hati ku yang galau.







Namun diantara sahabat ku dikelas, ada satu anak laki-laki yang sepertinya tak merasakan indahnya pelangi di kelas, dia duduk sendiri, teman-teman ku yang lain pun tak mau duduk dengan nya, begitu pun aku, mulanya. Namun aku merasa sangat tak adil jika ini berjalan lama, aku merasa bersalah ketika bahagia menghampiriku, sementara dia sahabat di kelas ku juga, harus termenung sendiri, sepi dalam keramaian.
Aku paham, mengapa anak-anak yang lain tak ingin duduk dengan nya, atau bahkan bermain bersama anak laki-laki itu, anak-anak yang lain hanya sekedar menyapa saja ketika berpapasan dengan anak laki-laki itu, begitupun dengan ku, mulanya.
Namanya Ervan Ramadhan.H, dia bertubuh besar dan tegap, jika saja ia normal, ia mungkin akan menjadi pujaan para anak perempuan di kelas, namun di sekujur tubuhnya dipenuhi bintik hitam, benar-benar di sekujur tubuhnya, tak terlewatkan sedikitpun, bintik hitam itu sering ku lihat di garuk-garuk oleh ervan, sepeprti yang benar-benar gatal, kadang ada benjolan besar juga ditangan nya, hingga kadang garukan tangan nya menimbulkan luka di tangan nya, darah dan air bening mirip lendir keluar ketika luka itu terukir, sepintas jijik memang, ditambah sekujur tubuh ervan mengeluarkan bau tak sedap, apalgagi ketika cairan dari luka nya itu keluar, bau amis akan tercium bila di dekat ervan, mungkin itulah yang membuat ank-anak termasuk aku menjauhinya, karena berbagai alasan, jijik lah, takut ketularan lah, dan berbagai alasan ku dengar dari teman-teman di kelas ku.
Dengan penampilan culunnya, kaca mata bsar dengan rantai kebelakang berwarna abu-abu, celana di atas dan kancing pada kerahnya yang selalu di pakai, membuat dia benar-benar culun dan ah entahlah, dia benar-benar cupu, namun ia anak rajin, tak pernah sekalipun selama itu dia bolos sekolah, aku merasa kasihan pada Ervan, setiap hari ku coba untuk mendekati dia, namun aku selalu ingin muntah ketika dekat dia, tapi aku tak pantang menyerah, rasanya cukup sudah aku berbuat tak adil pada sahabat ku ini, aku benar-benar  berniat untuk menjadi sahabat nya, menjadi pelipur lara nya, menjadi warna di hidupnya, aku benar-benar merasa sangat marah ketika ada salah satu anak perempuan di kelas ku yang mengejek Ervan, “Ih. . awas ervan, maneh mah bau oge. . .” saya benar-benar terpukul, kenapa anak wanita itu tega berbuat demikian, aku melihat ervan yang hanya tersenyum dan duduk di bangku depan, di pojok.
Rasanya aku benar-benar harus melawan semua rintangan, aku harus benar-benar bisa mendekap erat waktu dingin yang membelnggu Ervan, hingga kuputuskan aku duduk sebangku dengan dia, dia menoleh ku senyum, aku tak bisa berkata apa-apa karena bau itu mengganggu saluran pernapasannku yang membuat ku mual, namun aku menahan nya dengan sekuat tenaga, aku kembali membalas senyumannya tanpa kata-kata , karena aku menahan bau yang sangat amis.
“Ya Allah, aku harus kuat” aku selalu berkata dalam hati, aku coba melihat Ervan ketika menulis, dia anak yang tekun, setiap tulisan yang ditorehkan guru di papan tulis ia salin di bukunya, aku merasa sangat iba, aku benar-benar terharu, aku semakin bertekad untuk menjadi sahabatnya, meskipun di awal-awal ku harus menahan bau dan menahan untuk tidak ngobrol banyak dengan ervan.
Memang tak mudah, aku mendapat respon kurang mengenakan dari sebagian teman-teman di kelas, mereka menganggap aku ingin menjadi “pahlawan Kesiangan”, mereka pun sering memprovokatori untuk aku kembali jauh dari Ervan, termasuk teman sebangku ku yang dulu. Namun inilah Aku, aku tak menggubris itu semua, aku hanya ingin membawa teman ku Ervan kedalam indah nya persahabatan, indahnya mempunyai teman, indahnya ngobrol dengan teman, jajajan bersama, bercanda dan beraktifitas lainnya, dengan teman.
Pernah di awal-awal aku terkaget, aku terharu dan benar-benar ingin menangis, ketika Ervan memberiku sebuah pernyataan yang membuat hatiku tersentak, sangat. “Pul, maaf ya Ervan bau. . .” kata-kata polos sahabat ku itu benar – benar membuat ku tersentak, aku tersenyum dan menepuk pundak nya, “van, kita teman, jangan ngomong gitu ya . . .” tak ada kata-kata lain yang ku ucapkan, karena aku tak sanggup menahan keharuan di dalam bola mataku.
Seiring berjalan nya hari, aku dan Ervan semakin dekat, kami habiskan waktu dengan ngobrol, bercanda dan banyak hal lai nya, respon anak-anak lain di kelas pun perlahan melembut, mereka menjadi terbiasa, apalagi aku selalu mengajak ervan berkomunikasi dengan teman-teman yang lain, jika ada tugas kelompok, aku pun selalu usul sama guru-guru, supaya ervan selalu sekelompok dengan ku, maka tak heran setiap guru memintaku membimbing Ervan, dan aku bisa menyaksikan senyuman Ervan di hari-hari nya.
Kemanapun aku pergi di sekolah, ervan selalu bersama ku, ke perpustakaan, jajan bareng di kantin, dan alin-lain, semua anak di sekolah sudah tau dengan keakraban kami, tak jarang pujian selalu terlontar di setiap sudut kelas kepada ku, namun semua itu tak ku hiraukan lagi saat itu, yang terpenting adalah aku bisa berbagi kebahgiaan kepada teman-teman ku, saat itu kelas ku, kelas 7 D semakin penuh akan warna-warna perbedaan yang menghiasi indah nya persahabatan, aku dan teman –teman ku semakin bisa menerima perbedaan, Ervan kini tak menjadi seseorang yang duduk di keramaian lagi, tapi Ervan sudah menbjadi bagian dari keramaian itu, teman –teman ku pun tak enggan lagi bergaul dengan ervan, ngobrol bareng dan bercanda bersama.





Aku benar-benar melihat pelangi itu utuh di kelas ku saat itu, aku benar-benar merasakan persahabtan di atas segala perbedaan yang menghiasi,  akupun tak monoton hanya dekat dengan ervan saja, aku pun mencoba berkomunikasi dengan ank-anak yang lain, hingga aku benar – benar merasakan mendapatkan mutiara disetiap langkah ku saat itu.











*****
**Berubah, ku Awali dengan Memilih**

Semua kegiatan ekstra sekolah (Ekstrakurikuler) hari itu mengadakan demo pertunjukan atau pengenalan kepada seluruh siswa kelas 7 yang baru, mereka datang satu persatu ke kelas-kelas danmendemonstrasikan keunggulanekstarkurikuler mereka, anak-anak pun sangat antusias menyaksikan pemaparan dari setiap ekskul, termasuk aku. Aku benar-benar memperhatikan setiap ekskul yang masuk dan berdemonstrasi ke kelas ku, aku memilih – millih ekskul yang bisa membawa ku kesebuah perubahan, perubahan ke arah yang lebih baik.
Lalu ada satu Ekskul yang benar-benar memikat motivasi ku untuk melangkah ke arah revolusi diri, PASKIBRA yang waktu itu berdemonstrasi di kelas ku, dengan gagah dan tegap senior-senior paskibra itu berbicara lantang dan memaparkan setiap kegiatan di Ekskul Paskibra, mereka memperlihatkan keunggulan-keunggulan Paskibra, mereka pun memaparkan bahwa dalam paskibra kedisiplinan sangat di jungjung tinggi, mereka pun mengatakan bahwa matahari adalah sahabat setia Paskibra.
Aku sempat ragu, aku sama sekali tak punya dasar dalam baris berbaris, malahan aku tak pernah khusus belajar baris berbaris ketika di Sekolah Dasar, kecuali pada saat MOS, aku ikut kegiatan latihan baris berbaris oleh senior-senior, itupun aku dikeluarkan dari barisan karena kaki dan tangan ku tak bisa berkompromi dalam latihan baris berbaris, waktu itu ketika aku jalan di barisan dan langkah tegap, tangan kanan ku berayun bersamaan dengan kaki kanan ku, begitupun dengan tangan dan kaki kiri ku, harusnya kan bersilang, seperti layak nya aku berjalan. Tapi tetap saja, setiap ada komando langkah tegap, aku selalu salah, hingga aku dikeluarkan dari barisan.
Mungkin hal itu pula yang menjadi motivasi aku ingin memilih paskibra sebagai kegaiatan Ekskul ku, aku ingin buktikan kepada senior-senior ku bahwa kau bisa, selain itu akupun ingin mencapai visi ku untuk berubah, menjadi sosok yang aku idamkan, entahlah aku merasa kurang sepenuhnya menjadi aku saat itu.
Namun aku kembali meneguhkan hati dan tekad ku, aku harus berani mengambiol resiko, meskipun aku tak punya dasar, tapi aku pasti sanggup dan aku harus siap, dengan segala kesiapan ku waktu itu, aku langsung acungkan tangan untuk mendaftar dan bergabung di Paskibra, tak sia-sia aku disambut hangat oleh senior paskibra, dan teman – teman ku yang lain di kelas bertepuk tangan sambil bercanda.
Ku dengar bahwa paskibra sangat lah keras, disiplin dan benar-benar melatih fisik dan mental, sehingga tak aneh dikelas ku hanya aku, Nani dan Yedi yang ikut gabung dengan Paskibra, hanya bertiga.Namun sekali lagi aku benar-benar merasa tertantang dan semakin bulat lah tekad ku untuk serius menjalani itu semua. Ternyata memang benar, semuanya yang kudengar, semuanya juga menjadi nyata, bayangkan ketika aku baru hari pertama latihan di lapang basket dan diperkenalkan cara langkah biasa dan langkah tegap, aku menadpatkan hukuman push up sebanyak 50 kali, bayangkaaaannnn???? Benar-benar menguras seluruh tenagaku, aku malu banget, tapi inilah tantangan, itu semua gara-gara aku cengengesan pada saat berbaris, benar-benar tega nih pembinanya, namun aku gk sendiri loh, aku ditemani Rifal sahabat ku dari kelas B yang juga senasib dengan ku. Hehehe. . .
Nama pembinanya Bapak Ratmo S,Ag, orang jawa tengah, benar – benar sangarrr. . .aku seringkali di hukum oleh nya, dan senior-senior lainnya pun sangat galak-galak kalo lagi latihan, namn entahlah aku tetap menajalani itu semua, aku menikmati setiap latihan meskipun aku sering dihukum, karena akulah yang paling lamban bahkan tak bisa mengikuti gerakan, kulitku hitam kelam bagaikan awan yang akan hujan, namun semangatku semakin hari semakin berkobar, entahlah, aku merasakan sesuatu yang berbeda, aku semakin berani dan percaya diri.









Di ekskul paskibra pun aku sering disuruh berbicara di depan orang, di depan teman-teman ku, di depan senior-seniorku, begitupun dengan teman-teman seangkatan dengan ku yang di Paskibra, hal ini ternyata membuat aku semakin terbiasa untuk berani dan semakin percaya diri, aku merasa sangat luar biasa, kemampuan ku di kelas pun sangat meningkat, jaringan pertemanan ku pun semakin meluas, aku menjadi lebih sering menilai kemampuan diri sendiri dan selalu mencoba untuk meningkatkan nya setiap waktu, terutama di bidang sosial.
Waktu itu aku bisa merasakan perubahan dalam diri ku, lingkungan disekitar ku berubah seiring dengan perkembangan ku, aku dikenal sebagai anak yang mudah bergaul , aktif dan peduli, dalam belajar aku pun selalu masuk 2 besar dikelas, aku benar – benar menggunakan segala potensi ku, aku benar-benar mengembangkan segala kemampuan ku, aku memang memilih untuk sebuah perubahan, dan waktu itu adalah salah satu proses untuk ku berubah.
Selain itu, selain aku aktif di Paskibra, akupun aktif di Teater sekolah dan  bahkan di Komunitas majalah dinding aku menjadi ketuanya, setidak nya ku bisa buktikan kepada semua orang, bahwa kau bisa menjadi lebih baik.
Namun semua itu tak kujadikan sebagai sebuah senjata keangkuhan, aku tetap menjalani hari-hari ku seperti biasanya, bercanda dengan Ervan dan teman-teman lainnya, karena tujuan ku bukanlah untuk menyombongkan diri, tujuan ku adalah untukmembuat sebuah perubahan, yang dia awali perubahan terhadap diriku sendiri.










*****
**Buah dari kesungguhan**

Ruang lab komputer yang seadanya di penuhi siswa siswi dari setiap kelas, ada yang kelas 7,8 dan juga ada dari kelas 9, termasuk aku dan beberapa teman ku, ada Neng Eka, shelia, siti patonah dan beberapa senior yang ku kenal jua, ada teh tia, teh suni, teh anis dan yang lainnya.
Kami berkumpul unutk mengikuti seleksi lomba menulis sinopsis untuk tingkat pelabuhan ratu, dan bagi yang lolos tingkat sekolah akan mewakili sekolah untuk bertanding di tingkat pelabuhan ratu, dan kalau lolos tingkat pelabuhanratu akan mewakili pelabuhanratu di tingkat kabupaten sukabumi.
Aku yang kala itu tidak tahu apapun mengenai dunia tulis menulis, tidak tahu apa itu sinopsis nekat untuk mengikuti seleksi, ada perasaan deg-degan saat itu, melihat banyak sekali siswa dan siswi yang mengikuti seleksi. Seleksi hari itu dipimpin langsung oleh guru-guru bahasa Indonesia, ada Ibu letti yang saat itu menjadi wali kelas ku juga, dan satu lagi ada Bapak Julius Josef kaisar, yang sering di panggil Abi.
Sebelum seleksi dimulai, para guru pembimbing menjelaskan apa itu sinopsis dan bagaimana juklak juklis perlombaan nya, termasuk tahapan seleksi yang di adakan di lab komputer saat itu, aku dan yang lainnya memperhatikan dengan seksama, setidak nya aku mempunyai bayangan meskipun tak sepenuh nya sempurna.
Seleksi pun dimulai dengan beberapa tes membaca, kemudian menulis kembali hasil bacaan kami dengan waktu yang ditentukan para guru, selain itu ada tes yang lain nya juga, seperti penentuan kata baku dan tidak baku, dan lain sebagainya.
Setelah semuanya di periksa, dan aku serta teman-teman yang lain menunggu hingga tibalah saat nya pengumuman hasil seleksi, dan yang berhasil mewakili sekolah ku ke tingkat daerah ternyata bukan lah aku, aku tidak terpilih, yang terpilih adalah teh suni yang berpasangan dengan teh anis, dan shelia yang berpasangan dengan siti patonah, memang perlombaan ini saling berpasang-pasangan.
Semua sisawa yang yang berada di lab akhirnya dipersilahkan bubar, kecuali bagi yang terpilih ada latihan tambahan sebagai persiapan, namun aku tidak keluar dari lab itu, meskipun akuntidak terpilih tapi sangat besar keinginan ku untuk tahu lebih banyak tentang perlombaan ini, ya meskipun aku sadari ada respon yang tidak mengenakan dari orang-orang yang ada di lab, ya termasuk dari guru-guru pembimbing.
Mereka bahkan mencuekan aku yang saat itu ada di lab, mereka seperti tak menghiraukan ada nya aku di dalam lab, namun aku tak perduli, aku duduk di dekat pintu sambil memperhatikan kegiatan mereka, tak ada yang mengajak ngobrol aku, entahlah mereka kenapa berlaku seperti itu, terkesan aku tidak diperbolehkan mengetahui apa –apa yang dilakukan, mungkin mereka mengira aku tidak tahu malu, aku kan tidak lolos seleksi tapi kenapa aku tetap ada disana, tapi ah aku coba tepiskan segala pikiran buruk itu, aku tetap memperhatikan mereka latihan.
Dan hal ini aku lakukan tidak hanya hari itu saja, tetapo hampir satu minggu mereka latihan aku selalu hadir untuk menyaksikan mereka berlatih, aku tetap punya keinginan untuk tahu meskipun aku tidak terpilih sebagia oerwakilan sekolah, respon guru dan teman-teman ku yang latihan pun sedikit agak berbeda, ada kemajuan maksudnya, tidak terlalu cuek lagi, mereka terkadang menyapa ku, ya meskipun masih kurasakan sikap acuh tak acuh mereka, tapi sekali lagi ku menghela napas dan berkata, tak apa lah. . .
Hari perlombaan pun tiba, aku belajar seperti biasa di dalam kelas, sambil ku mengingat dan berharap hari ini aku bisa ikut perlombaan, aku berfikir mungkin teman-teman ku yang kana berlomba sudah berangkat ke pendopo pelabuhan ratu untuk berlomba, sepertinya ada sesuatu yang mengganggu hatiku, aku seakan benar-benar tak rela karena aku tak lolos, sekali lagi ku mengusap dada dan mencoba berkonsentrasi belajar.
Dalam fikiran yang sedang ,elayang entah kemana, tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kelas ku, ternyata shelia, “kenapa dia belum pergi” pikirku, shelia meminta izin kepada guru dikelas ku yang sedang mengajar untuk memanggil aku, dan mengatakan bahwa aku akan di ajak dalam perlombaan berpasangan dengan Neng eka, betapa bahagia nya aku, aku langsung berdiri dan membawa peralatan sekolah ku keluar, meminta izin kepada guru yang mengajar di kelas, dengan senyum dan hati gembira aku menuju tempat parkir, disana sudah ada rombongan yang akan berangkat berlomba, termasuk Neng eka pasangan se tim dengan ku, setelah di beritahu ternyata aku dan Neng eka hanya dijadikan tim cadangan saja oleh guru pembimbing, sempat kaget juga sih, tapi tak apa pikirku, aku tetap semangat dan tersenyum optimis kepada neng eka, “Tak apa neng kita cadangan juga, mudah-mudahan disana tetap bisa ikut perlombaan ya ?” ungkap ku pmeyakinkan Neng eka, “Amin pul, tetap smengat ya. . .!! “ bisik neng eka sambil memasuki angkot yang usdah di sewa untuk mengantarkan kami ke pendopo.
Setibanya aku dan rombongan di pendopo, sungguh rencana tuhan tak bisa dikira, ternyata panitia mengumumkan setiap sekolah boleh mengirimkan maksimal 5 tim dalam perlombaan sinopsis itu, dan aku tentu saja merasa sangat bahagia tak terkira, begitupun dengan Neng eka, benar-benar skenario yang begitu cantik yang tuhan tuliskan dikehidupan ku. Aku dan kedua tim lainnya yang mewakili sekolahkupun masuk ke ruangan yang di sediakan untuk perlombaan, masih ku ingat saat kedua tim dari sekolah ku di bawa oleh guru-guru pembimbingku untuk duduk di bangku depan, semnatara aku dan neng eka tak dihiraukan duduk dimana saja, aku dan neng eka saling melirik dan menghela napas, akhirnya aku dan Neng Eka memilih duduk paling belakang, namun satu hal yang luar biasa, kami tak sedikitpun kehilangan semangat, malahan aku dan Neng Eka saling menyemangati satu sama lain.
Perlombaan pun berlangsung, ku kerahkan semua kemampuan ku dan begitupun Neng Eka dalam perlombaan ini, ku lihat dimata Neng eka semangat untuk menjadi Juara, semangat untuk membuktikan bahwa dia mampu menjadi yang terbaik, bisa kurasakan itu semua, dan itu semua menjadi pemicu semangat kupun bertamabah membara, kami bekerjasama dengan penuh keoptimisan, hingga waktu perlombaan usai dan kami menunggu hasil karya yang kami kerjakan.
Sambil istirahat dan menyantap snack yang disediakan panitia, ku lihat guru-guru pembimbing ku menanyakan sulit atau tidak nya kepada dua tim lainnya dari sekolah ku, sementara aku dan neng eka lebih memilih bergabung mengobrol dengan peserta dari sekolah lain, aku melihat para guru pembimbing sangat menganak emas kan kedua tim dari sekolah ku, daripada aku dan Neng Eka, tapi aku berdoa pada Allah, agar aku dan neng eka diberikan kekuatan, dan Keajaiban.
Waktu pengumuman pun tiba, semua hening kecuali para dewan juri yang berada di depan podium, bercuap-cuap sebelum akhirnya mengumumkan sang juara, yaitu juara 1, 2 dan 3, yang mana juara 1 nantinya kan maju ke tingkat kabupaten dan mewakili wilayah pelabuhanratu.
Aku hanya bisa pasrah kepada Allah, begitupun ku melihat sosok Neng Eka disebelah ku, namun jauh di lubuk hatiku terselip harapan untuk menjadi juara, dan aku yakin Neng eka pun mengharapkan hal sama seperti ku.
Dewan juri memulainya dengan mengumumkan jura ke 3, dan ternyata pemenang nya dari sekolah lain, “Tuh pul, Juara 3 aja udah orang lain yang menang, kayak nya kita gk da harapan buat menang. . .” ucap neng Eka lemas, “jangan pesimis Neng, bagi Allah gk da yang gk mungkin. . .” ucapku meyakin kan sahabat ku itu diiringi dengan senyuman ku.
Juara 2 pun di umumkan, dan sekali lagi perwakilan sekolah lain yang mendapatkan nya, “aku heran kenapa dua tim dari sekolah ku selain tim ku tak ada yang masuk juara, bukan kah mereka tim kebanggaan?” desis ku dalam hati, tapi ah sudahlah aku menepis semua pikiran negatif ku, hingga akhir nya juri mengumumkan juara ke 1 dalam perlombaan sinopsis ini.
Aneh jantungku sekan berdetak sangat kencang, ku pegang jantung ku dan ternyata memang sangat kencang detak jantung ku, dan kucoba memejamkan mata untuk menenangkan sambil menyelipkan doa supaya Aku dan Neng Eka bisa menjdai juara, dan apa hasil nya?
Sungguh luar biasa, Nama ku dan Nama Neng eka disebutkan oleh dewan juri sebagai juara pertama, dan aku akan mewakili Pelabuhan ratu untuk maju ketingkat kabupaten. Aku berteriak sambil berdiri, begitupun dengan neng eka, aku berteriak mengucapkan puji syukur diiringi dnegan tepuk tangan yang begitu menggelegar dari setiap mata memandang di ruangan itu, termasuk dari guru-guru pembimbing dan rekan-rekan tim lain dari sekolah ku, apalgi ketika juri mengatakan bahwa nilai kami sangat lah tinggi dan melebihi target penilaian setiap tahunnya, sungguh indah dan luar biasa kurasakan saat itu, aku pegang tangan sahabatku Neng Eka, dan maju kedepan. Aku dan Neng eka benar-benar tak bisa berkata banyak, kami berdua sangat lah bahagia.








Akhirnya Neng Eka dan Aku membuktikan kepada semua orang, terutama kepada guru-guru pembimbing bahwa aku dan Neng Eka mampu, mampu menjadi yang terbaik.
Aku dan Neng eka pun menjadi perwakilan pelabuhan ratu, dan berangkat ke alun-alun cisaat sukabumi untuk berlomba ditingkat kabupaten, dan Alhamdulilah aku dan Neng Eka menjadi juara ke 3, dan itu sebuah kebanggan bagi ku, bagi teman-teman ku, keluargaku dan sekolah ku.
Ternyata itu semua hanyalah awal dari segalanya, aku semakin bersemangat dalam menjalankan segala aktifitas ku di sekolah, di keluarga pun aku menjadi anak kebanggaan, dan aku rasakan hal yang sama di masyarakat terhadapku, teman-teman ku dan guru-guru ku.
Semua ini memang hasil kerja keras dan kesungguhan, namun aku pun menyadari semua itu adalah skenario yang Allah tuliskan untuk ku, akupun yakin diluar sana banyak skenario Allah yang dituliskan kepada orang lain yang jauh lebih indah, namun kembali kepada diri kita sebagai pemeran utama dalam kehidupan kita, apakah kita mampu menjalankan skenario itu dengan baik, atau malah sebaliknya.
Dan aku pun meyakini,Allah telah menuliskan skenario-skenario lainnya kepada ku, dalam perjalanan kehidupan ku, di setiap langkah petualangan ku, dan aku tak akan menyia-nyiakan ini semua.
Aku akan buktikan bahwa aku mampu, aku bisa dan aku akan menjadi lebih baik dari setiap waktu ke waktu, karena ku yakin skenario Allah, adalah skenario terindah dalam hidupku.







*****
**Ku coba torehkan tinta-tinta emas**

Semakin hari, semakin aku rasakan perubahan dalam kehidupan ku, seiring berjalan nya waktu aku semakin berani mencoba mengeksplore kemampuan dalam diriku.
Salah satunya kemampuan ku dalam berbahasa inggris, berpidato, dan membaca puisi, aku semakin tertarik dengan ivent-ivent perlombaan yang berkaitan dengan kemampuan ku, suatu hari ada perlombaan story telling di yayasan Mutiara Terpadu di daerah pelabuhan ratu, lagi – lagi aku sangat tertarik, dan ku menawarkan diri kepada guru bahasa inggris ku agar aku ikut dalam perlombaan itu, guru bahasa inggris ku, Ibu.dian dan Bapak Asep menyambut dengan gembira keinginan ku, bahkan dalam perlombaan ini aku benar-benar berlatih total, tidak hanya itu, Bu dian dan Pak Asep pun memberikan dukungan dan kontribusi yang sangat maksimal, mereka rela melatih kemampuan ku bercerita dalam bahasa inggris setiap hari di lab bahasa, mereka pun membuat kan aku property dan kostum untuk aku tampil, aku benar-benar mendapatkan pelajaran tambahan yang sangat luar biasa.
Keinginan ku dan semangat ku memang sangat lah besar, apalagi ketika teman-teman ku mendukung penuh segala kegiatan ku, tak luput guru-guru yang juga mengajarkan ku, dan yang paling spesial adalah kedua orang tua ku dan seluruh Keluargaku, mereka selalu memberikan dorongan dan motivasi untuk ku, mereka sangat membuat ku semakin membara untuk menorehkan tinta-tinta emas dalam hidupku.
Hingga pagi itu aku berangkat bersama dengan Bu dian dan Pak Asep, aku menggunakan seragam koboi karena aku memang bercerita tentang seorang koboi, ini adalah penampilan pertamaku menggunakan bahasa inggris, aku tahu kemampuan ku belum lah sempurna, namun semangat ku rupanya mengalahkan segala keterbatasan ku, hingga semuanya berubah menjadi sebuah keberanian yang begitu luar biasa.
Alhasil aku berhasil menjadi juara ke 3, dan itu menjadi sejarah bagiku, karena aku bercerita dalam bahasa inggris, aku merasa sangat bahagia, dan orang tua ku sangat bangga kepadaku.
Sekolah ku pun ikut menjadi sekolah yang patut diperhitungkan oleh sekolah-sekolah lain, semuanya seperti mimpi, namun betapa bersyukurnya aku karena semua itu fakta.
Tidak hanya cukup disana aku coba berkontribusi untuk sekolah ku, akupun berhasil menjuarai perlombaan pidato dalam bahasa inggris, puisi, dan derama.
Semua itu ku lakukan dengan semngat yang begitu luar biasa, namun sekali lagi itu semua bukan lah ajangku untuk menyombongkan diri, kulakukan itu semua untuk perubahan, yang diawali dengan revolusi diriku sendiri.


*****
**Pilihlah Aku. . . !!!**

Aku memang tercatat sebagai siswa yang aktif selama sekolah di SMPN 1 Cikakak, sampai-sampai aku berkata pada diriku sendiri bahwa “aku tak bisa hidup tanpa organisasi/beraktifitas”, berbagai perubahan ku coba torehkan tidak hanya pada diriku sendiri, namun saat itu orientasi ku untuk berubah meluas, aku ingin menciptakan perubahan pada lingkungan sekitar ku, keluargaku, teman-teman ku dan sekolah tercinta ku.
Reputasi ku memang meningkat di sekolah dan kehidupan bermasyarakat, mulai dari aktif di Paskibra sekolah dan aku di angkat tidak hanya sebagai pengurus paskibra namun juga sebagai penanggung jawab dan penasihat organisasi oleh Pembina dan para dewan kehormatan, aku juga berhasil membuat sebuah terobosan baru di komunitas anak majalah dinding, yang pada mulanya komunitas ini sangat pasif sekali, namun alhamdulilah ketika aku bekerjasama dan terlibat langsung dalam komunitas majalah dinding sekolah terlihat sebuah perubahan, hal ini di buktikan dengan informasi di majalah dinding yang selalu up date setiap minggu dan dengan tampilan yang bervariatif hasil karya dan kreasi para anggota.
Di komunitas teater aku pun mencoba lebih mengeksplore diri, hingga beberapa derama ditampilkan dengan ide-ide yang kuciptakan, namun hal ini pula berkat kerjasama anak-anak teater, di komunitas ini aku semakin di tantang untuk menguji keberanian ku dalam hal beracting, dan itu semua menambah daya dan motivasi ku untuk terus berubah menjadi lebih baik dari waktu ke waktu.
Selain itu semua, aku pun tercatat sebagai pengurus OSIS yang aktif waktu itu, bersama dengan beberapa rekan ku, aku mencoba belajar berorganisasi lebih lagi di OSIS ini, hal ini memang memberikan dampak yang sangat luar biasa, salah satunya dalam organisasi OSIS ini aku bisa meningkatkan jaringan atau hubungan dengan para guru.
Di OSIS aku pun mencoba berkontribusi penuh, saat itu paman ku sendiri lah yang menjadi ketua OSIS nya, dan aku belajar banyak dari dia, aku belajar bagaimana me manage orang, memutuskan kebijakan, dan lain sebagainya, hingga aku benar-benar bisa belajar dan mengaplikasikan nya dalam kehidupan ku.
Hingga suatu hari, yang namanya organisasi pasti ada pergantian masa jabatan, sungguh luar biasa, saat itu tak sedikit teman-teman ku di kelas, di paskibra, di komunitas majalah dinding dan di teater yang mengusulkan aku supaya mencalonkan diri menjadi Ketua OSIS, aku sempat merasa kaget dengan antusias yang luar biasa yang diberikan disekitar ku, namun aku tidak langsung memutuskan ia atau tidak seketika, aku terlebih dahulu meminta persetujuan ibu dan ayah ku.
Sungguh luar biasa, aku mendapatkan dukungan penuh dari kedua orang tua ku, mereka sangat mendukung segala aktifitas ku, apalagi ayah ku, dia sangat antusias ketika aku ngobrol dengan nya, kalau aku akan mencalonkan diri menjadi ketua OSIS.
Curiculum Vitae dan beberapa VISI dan MISI pun aku rancang dalam sebuah makalah, aku memang memantapkan diri untuk mencalonkan diri menjadi ketua OSIS, aneh, rasanya aku tak perlu sulit-sulit untuk berkampanye, apalagi ketika nama ku dicantumkan sebagai salah satu bakal calon di majalah dinding, setiap teman yang kutemui pasti mengatakan kata-kata dukungan, seperti “Semangat pul ..  .” , “Pilih Epul barudak. . .” , “Lanjutkan Pul. . . “ dan lain sebagainya, rasanya saat itu aku benar-benar merasakan atmosfir yang sangat luar biasa.
Pada saat upacara bendera berlangsung, di akhir acara panitia pemilihan ketua osis memanggil satu persatu kandidat ketua untuk berorasi di depan siswa-siswa, dan subhanallah. . .suara tepuk tangan dan sorak dukungan itu menggelegar ketika aku berdiri di depan dan menyampaikan orasi ku, lalu memori ku seakan mengingatkan ku akan seseorang yang dulu pernah berdiri di tempat yang sama dengan ku, namun itu sekilas karena aku harus kemabali berorasi.
“Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh. . ., Selamat pagi teman-teman? Apa kabar nya hari ini?, Alhamdulilah, puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hari ini saya bisa berdiri dan bertemu dengan kalian semua dalam keadaan sehat. Solawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad, SAW. Kepada keluarganya, sohabatnya, tabi’in tabi’at nya, dan kita sebagai generasi pengikutnya yang mudah-mudahan mendapatkan safaatnya di yaumil akhir nanti, amin.
Teman-teman, pertama-tama saya ucapkan terimakasih karena saya telah diberi kesempatan dan dukungan yang luar biasa dari kalian untuk mencalonkan diri menjadi ketua OSIS. Simple aja teman-teman dari saya, jika memang saya adalah calon ketua OSIS yang menurut kalian layak, maka Pilihlah AKu. . .
Terimakasih,
Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh. . .”
Kurang lebih itulah orasi yang aku samapaikan, dan itu semua cukup membuat lapangan upacara riuh dengan tepukan tangan para siswa.
Dan sungguh luar biasa, dihari pemilihan , aku terpilih menajdi ketua OSIS yang baru, dan itu menjadi sebuah kebanggaan bagi diriku sendiri dan sebuah persembahan bagi kedua orang tua ku.







Selama menjabat menjadi ketua OSIS, ku kerahkan segala kemampuan ku, aku belajar banyak selama menjabat, apalagi ketika aku harus memanage waktu belajar dan berorganisasi, pada mulanya hal itu terasa sangat lah sulit, namun ku mencoba berusaha, dan alhamdulilah aku bisa terbiasa dengan nya dan itu semua menjadi warna – warna yang indah dalam hidupku.
Dan alhamdulilah, selama menjabat menjadi ketua OSIS aku berhasil membawa perubahan, meskipun tak seberapa bagi sekolah  ku, namun hal itu semua tidak mutlak atas peran ku, namun atas kerjasama yang diberikan oleh rekan-rekan ku, mereka semua dengan gigih nya dan sabar belajar berorganisasi dengan ku, mereka semua menunjukan kesiapan dipimpin selama beraktifitas di organisasi.
Hingga di ujung kepengurusan ku, aku dan teman – teman di OSIS mendapatkan penghargaan sebagai angkatan OSIS terbaik dari para guru dan itu memang di akui oleh para siswa.
Sungguh luar biasa dan tak bisa kuuraikan dengan kata-kata lebih banyak lagi, semua itu sangat lah indah, sebagai scenario terindah dari sang maha indah, sutradara kehidupan.










*****
**Rumah kedua ku**

Jarak sekolah SMP ku memang cukup lumayan jauh dari rumah ku, tak da kendaraan umum ke daerah ku, banyak sekali anak-anak di kampung ku yang berangkat sekolah dengan berjalan kaki, padahal jarak yang ditempuh lumayan jauh sekitar 4 km, mereka rela melakukan itu semua karena memang mahal jika harus menggunakan jasa ojeg, mereka lebih asik berjalan kaki sambil bercanda ria, meskipun ketika pulang sekolah harus tersenyum karena sengatan matahari, namun ada juga bebebrapa anak yang dijemput atau memang memaksakan diri menggunakan jasa ojeg.
Jalan ke kampung ku pun masih sebatas tumpuukan batu yang disusun, kadang ada tanah merah juga yang ketika hujan pasti sangat becek, disepanjang jalan kampungku di kelilingi perkebunan karet yang cukup luas, namun perkebunan itu bukan lah mutlak milik masarakat setempat.Mayoritas masyarakat dikampungku bekerja sebagai petani, meskipun perkebunan karet mengelilingi kampung kami, namun sangat sedikit sekali masyarakat yang bekerja di perkebunan itu, malahan mereka banyak yang berkebun, di sawah atau bahkan berternak.
Berbeda dengan anak-anak yang lainnya, aku memutuskan untuk tinggal di pesantren dengan paman ku selama sekolah di SMPN 1 Cikakak, pesantren itu terletak di Gang haji Ajid, kampung Cimaja desa ridogalih, kecamatan cimaja.
Sebenarnya tujuan awal ku di pesantren bukan lah untuk mengaji, tetapi untuk memudah kan ku dalam bersekolah di SMP, jarak nya pun jadi semakin dekat, dan ongkosnya sangat lah relatif murah, itupun menggunakan kendaraan umum, hanya Rp.1000 saja, dibandingkan kalau dari kampungku satu kali naik ojeg itu ongkosnya Rp.3000 samapai dengan Rp.4000, tapi kalo sekarang sudah berbeda sekali naik ojeg bisa sampai Rp.5000, karena keadaan jalan yang semakin rusak.
Selama dipesantren aku pun mengikuti kegiatan layaknya santri, mengaji, solawatan dan lain-lain, makan bersama-sama , masak nasi di kastrol, itupun seadanya, banyak makanan yang awalnya aku gak suka makan itu, namun karena di pesantren gak da lagi makanan apapun jadi, daun katuk yang sudah tua pun dilahap dengan garam, pokonya mantaaaapp. . . 






Banyak kenangan indah dan unik selama tinggal di pesantren, aku dan santri lain pernah makan bareng pake sayur, dan gak ada sendok, lalu kami makan langsung pake tangan kosong, benar – benar “gokil” deh pokonya. . .
Selama di pesantren aku pun terbiasa memakai sarung, baju koko dan peci, bahkan pernah suatu hari aku memakai itu semua ke pasar dengan anak santri lainnya, sungguh pengalaman yang memacu adrenalin, karena hampir semua orang di pasar melihat ke arah kami, dan itu pertama kali aku mengalaminya.Mungkin kalau sekarang aku udah gak mau lagi bertindak seperti itu, soalnya gak da temen na, hehehe. . .
Selama mondok di pesantren, Aku memang gak bisa menguasai materi pesantren seutuhnya, namun setidak nya aku bisa merasakan dan belajar prihatin selama disana, aku pun belajar banyak tentang kehidupan pesantren, serba sederhana dan apa adanya, tujuan awal ku yang hanya memanfaatkan keuntungan dari pesantren untuk mempermudah sekolah ku saat itu mengalami kemudahan, aku semakin belajar banayak tentang bagaimana mengimbangi kehidupan ku selama dipesantren, dan aku merasa bersyukur atas semua itu.Selama di pesantren aku pun tak monoton hanya belajar mengaji saja, aku pun mencari jaringan dalam bermasyarakat, masih ku ingat di kampung cimaja ada sebuah kursus bahasa inggris, setiap sore kulihat banyak anak-anak dan para remaja yang mengikuti kursus itu, lalu timbul ide ku untuk ikut belajar bahasa inggris dan ku coba ngobrol dengan guru pengajar nya, Umi Kulstum namanya, ternyata dulunya ada juga beberapa santri yang ikut belajar disana, dan kebetulan memang kursus bahasa injggris itu dibuka secara grtis tis tis. . .
Setelah tau hal itu, maka kuputuskan untuk ikut belajar disana, dan kulakukan itu di keesokan harinya. Disana selain aku belajar aku pun mendapatkan teman dan pengalaman baru, semua itu sungguh luar biasa dan sangat indah, hubungan aku dan umi kulstum pun tak hanya sebatas murid dan guru, tapi juga kami lebih menjadi keluarga, beberapa santri pun ikut bersamaku belajar di tempat umi, ya setidak nya samapai akhirnya aku lulus dan SMP dan pergi merantau.
*****
**Pelangi Yang Hilang**

Detik-detik kelulusan pun sudah di depan mata, aku dan siswa-siswa lainnya kelas 9 di SMPN 1 cikakak telah melewati Ujian Nasional, ujian penentu bagi aku dan siswa lainnya untuk membuka pintu-pintu masa depan selanjutnya, ya meskipun itu bisa di anggap bukan lah suatu keadilan, jerih payah selama tiga tahun, hanya di ukur dengan kurang lebih tiga mata pelajaran saja waktu itu, namun aku tak mau ambil pusing dengan itu, teman – teman ku juga ku kira sependapat dengan ku, bayangkan saja banyak yang berdemonstrasi supaya UN digagalkan, atau UN tidak menjadi tolak ukur kelulusan, namun hasil nya nihil, yang terpenting kami sudah melewati nya, dan kami yakin dengan hasil yang akan kami dapatkan, kami yakin memuaskan.
Disela-sela waktu rehat setelah ujian dan menunggu hasil, aku dan teman-teman kelas ku memang selalu pergi kesekolah untuk hanya sekedar bertemu dan bercanda ria di kelas, namun tidak bagi teman ku Ervan, dia harus berbaring di rumah sakit, sesuatu menyerang dirinya, cairan di prutnya membeku, begitu kata ibu nya, aku dan teman – teman rutin menjenguk nya kerumah sakit, aku benar-benar tak bisa menahan air mata saat melihatnya terbaring di ruang inap, saat masuk di ruangan itu ku coba menghibur Ervan, menanyakan keadaannya saat itu, seperti orang bodoh memang, karena jelas-jelas Ervan sedang sakit, namun hal itu tetap kulakukan, aku teringat ketika di kelas ngobrol dengan Ervan, dia ingin sekali main ke ruumah ku, aku dan dia berjanji seusai ujian dia akan ku bawa kerumah ku, bertemu keluargaku dan akan makan durian bersama di kebun milik ayah ku, masih terngiang bagaimana bahagianya Ervan saat kita membicarakan hal itu.
Hingga suatu malam, ibu nya Ervan menelepon ku dan mengatakan Ervan akan di pindah kan ke rumah sakit Haswan Sadikin Bandung, karena kondisinya semakin memburuk, aku tak bisa berbuat apa-apa, aku hanya mengiakan dan berdoa untuk sahabat ku Ervan.
Hampir kurang lebih satu minggu Ervan di Bandung, dan selama itu pula setiap malam aku menghubungi A Rendi, kaka Ervan untuk mengetahui keadaan Ervan.
Hingga hari jum’at aku dan anak-anak dikumpulkan wali kelas di ruang kelas unutk dibagi kelulusan, Alhamdulilah kami semua LULUS, dan air mata tak bisa kami tahan sebagai tanda kebahagiaan, meskipun tanpa Ervan, sahabat ku.
Ku terima surat kelulusan untuk Ervan, dan berniat ketika Ervan sembuh nanti akan aku berikan kepada nya kelulusan itu bersama teman-teman ku, namun malam itu aku benar-benar merasakan terhempas jauh, dadaku sesak, air mataku tak hentinya mengalir, ku dengar tangis seorang wanita di jauh sana lewat telpon, Ibu Ervan, dia mengabarkan bahwa sahabat ku Ervan telah pergi untuk selamanya, aku luluh jatuh di lantai kamar ku, aku menangis sekeras-keras nya, aku benar – benar kehilangan, kehilangan sahabat ku.
Pagi hari aku dan teman-teman kelas pergi bersama ke rumah almarhum Ervan, aku benar-benar tak bisa menahan air mata saat kulihyat sosok mayat yang berbaring di ruang tamu itu, apalagi ketika Ibunda Ervan memelukku, rasanya luluh lantah jiwa ini.







Ervan memang pergi unutk selamanya, sebelum cita-cita nya unutk foto bersama saat perpisahan terwujud, sebelum jalan-jalan ke rumah ku terlaksana, dan sebelum senyum itu ku lihat lagi di wajah polosnya.
Namun aku yakin, Ervan tak mau setiap orang bersedih berkepanjangan atas kepergiannya, dia ingin aku dan orang-orang disekelilingnya bangkit, dan aku memang harus bangkit, aku bangkit meskipun harus kehilangan, kehilangan sahabat yang dari kelas 7 samapai kelas 9 kita duduk sebangku, sahabat yang memberi pelajaran kepada ku tentang semangat hidup di tengah-tengah kekurangan, selamat jalan Ervan Ramdhan, kita akan selalu jadi SAHABAT. 






*****
**Nyari Emas, dapat Berlian**

Keinginan ku unutk melanjutkan sekolah ke tingkat SLTA sangat lah tinggi, dan kedua orang tua ku juga orang-orang disekitar ku tau betul akan hal itu, namun memang jalan itu tak selamanya mulus, tringat oleh ku dua orang guru ku yang berdebat hanya gara-gara aku, yang satu Ibu Leti, beliau mengusulkan agar aku sekolah ke SMK dengan seabreg argumntasinya, dan disisi lain Pak.Iwan menyaran kan aku agar melanjutkan ke SMA itupun dengan seabreg argumentasinya.
Aku memang bercita-cita untuk melanjutkan ke SMA dan mengambil jurusan IPA, karna aku ingin jadi dokter, namun ternyata hal itu masih terhalangi oleh pemikiran pendek ku, saat itu kondisi keluarga ku memang sedang dalam keadaan dibawah, hingga Ayah ku meragukan aku unutk melanjutkan ke SMA, karena setelah lulus nanati khawatir aku tidak bisa melanjutkan kuliah karena kurang nya biaya, aku pun tak ingin mengecewakan mereka, aku memilih untuk melanjutkan ke SMK, dengan alih kalau lulus nanti sekurang-kurang nya aku mempunyai keahlian dan bisa bekerja langsung.
Aku bersama beberapa teman ku berangkat ke Kota Sukabumi, kurang lebih 73 Km jarak nya dari daerahku, aku berangkat dengan basir, ujang, restu, wandi, yopiyandi dan wahyudin mnggunakan bus ekonomi, tujuan kami adalah salah satu sekolah swasta di kota Sukabumi, Yayasan Terpadu Yaspida, aku berniat mengambil jurusan TI di sektor SMK nya, karena ku anggap itu lebih ringan daripada harus memilih jurusan Otomotif seperti teman – teman ku yang lain.
Seminggu sebelum test di SMK Yaspida, aku diajak riri salah satu teman ku yang juga anak dari guru sejarah ku unutk mendaftar di SMK Negeri di Kota Sukabumi, tepatnya SMKN 1 Kota Sukabumi, awalnya aku menolak karena aku menganggap bahwa sekolah itu adalah sekolah orang-orang pintar, orang-orang kaya, karena memang SMKN 1 Kota Sukabumi adalah sekolah Kejuruan paforit dan sangat bergengsi dan sudah menjadi sekolah Rintisan Berstandar Internasional saat itu.
Namun akhirnya aku pun tergoda untuk mencoba mendaftar, karena beberapa hal yang diceritakan riri yang membuat ku tergiur, mulai dari biaya sekolah Negeri itu pasti lebih terjangkau, pasilitas yang luar biasa, kualitas pendidikan yang hebat, apalagi sekolah itu adalah sekolah pavorit.
Aku menyerahkan ke riri unutk pendaftaran yang diurus Ayah nya sendiri, aku hanya memberi uang Rp.20.000 sebagai uang pndaftaran, aku sama sekali tak tahu menahu akan hal ihwal pendaftaran, aku hanya dikasih tau jadwal test masuk kesana.
Saat aku datang kesekolah itu sungguh tercengang luar biasa, kawasan sekolah yang hampir mencapai 4 hektar dengan bangunan dan kondisi lingkungan yang membuat ku takjub, aku semakin takjub ketika tahu yang mendaftar sekitar 2000 siswa sementara yang diterima hanya 600 siswa saja, sungguh luar biasa dan bergengsi sekolah ini, fikirku.
Test nya memang bukan ecek-ecek, mulai dari test fisik, bahasa inggris, pngtahuan umum, sains dan lain-lain harus aku lewati. Aku pun yang tadinya hanya asal-asalan menjadi sangat ingin diterima disekolah itu, sekolah SMK yang benar-benar luar biasa, perjuangan ku memanhg tak luput dari perjuangan sang Ayah ku tercinta, karna seetiap jadwal test aku diantar ayah menggunakan sepeda motor kurang lebih memakan waktu 2 setengah jam dari rumah.
Ba’da subuh aku dan ayah langsung berangkat dari rumah karena unutk mngejar waktu dan jadwal test, hal itu pula yang membuat tekad ku semakin bulat untuk diterima alias lolos seleksi.
Keoptimisan itu aku lihat pula di ke 6 teman satu sekolah ku, salah satunya riri yang benar-benar terobsesi untuk lolos dalam test masuk ke SMKN 1 Kota Sukabumi.
Saat hari pengumuman kelulusan tiba, aku yang di antar paman ku datang terlambat,karena saat itu Ayah ku sedang ada urusan dan tak bisa mengantar ku, ku lihat beberapa siswa menangis dan mengeluh karena hasil penmgumuman nya mereka tidak lulus masuk, namun ada juga beberapa siswa yang bergembira, loncat sambil berteriak karena mereka berhasil lolos dalam test masuk, aku menjadi semakin deg-deg an, perasaan ku tak karuan, kucoba mencari teman-teman satu sekolah dengan ku, di antara ribuan orang ku tengok kanan dan ke kiri, benar – benar membuat ku pusing, ditambah perasaan ku yang semakin mendebar-debar.
Hingga akhirnya kutemukan teman-teman ku, mereka semua berkumpul lesu, aku mungkin tahu jawaban dari ekspresi mereka, namun ku pura – pura tidak tau, “ Kumaha hasil na ri? “ tanyaku pada riri, “Ah, teu katerima pul . . ., maneh kamana wae? Geus di cokot can hasilna?” tanya riri. Seketika ku tahu mereka semua tidak keterima di SMKN 1, dan aku dengan segera mengambil surat hasil keputrusan lulus atau tidak nya atas nama ku sendiri, ketika ku berhasil mendapatkan surat itu, meskipun sempat berdesak-desakan, dan aku buka di hadapan riri dan kawan ku yang lain, Subhanallah. . .Aku berhasil lolos, aku diterima di SMKN 1 Kota Sukabumi, aku bertriak bahagia dan rekan-rekan ku pun aku peluk dan mereka pun mengucapkan selamat atas apa yang ku raih, segera mungkin ku menelpon Ayah yang saat itu sedang ada di kebun, dengan badan bergetar aku berbicara dengan nafas tersengal-sengal tanda aku bahagia, begitupun kepada Ibu, aku teleponn beliau yang sedang ada dirumah, dan betapa bahagia nya ibu ku mendengar kabar baik itu, ku bisa mendengar tangis bahagianya lewat telepon yang ku genggam.
Sekali lagi aku mendapatkan kado terindah dari Allah SWT, Ayah ku pun mendapatkan rizki shingga uang pendaftaran ku bisa dibayar dengan lunas, aku benar-benar merasakan semua itu seperti mimpi, namun semua itu nyata, terjadi saat itu dalam hidupku.
Skenario Allah memang tak bisa kutebak, sekali lagi aku membuat kedua orang tua ku bangga atas apa yang Allah torehkan dalam skenario kehidupanku.Dan aku yakin, masih banyak skenario yang indah yang Allah torehkan dalam perjalanan hidupku.










*****






SKENARIO KE 4
***

**Kesalahan Terindah**

Ayam kampung sudah selesai dimasak oleh ibu tersayang, nasi juga sepertinya sudah siap di ruang tengah, dengan makanan seadanya Ayah, Ibu, Adik-adik ku Nenek, Kakek dan beberapa orang keluargaku berkumpul di rumah, tidak lain perkumpulan ini di adakan Ayah ku untuk mengadakan acara syukuran, senagai bentuk rasa syukur keluargaku kada sang sutradara kehidupan, Allah SWT, terutama syukuran karena Aku diterima di SMKN 1 Kota Sukabumi, Sekolah pavorit di sukabumi.
Bagi warga di kampung ku, sekolah keluar kota merupakan sebuah kebanggan yang cukup besar, apalagi diterima di sekolah pavorit, hal ini pun dirasakan Ayah dan Ibu ku, tak jarang pujian keluar dari warga-warga di kampungku, namun aku bangga pada Ayah dan Ibuku, mereka tidak lah menjadi sombong akan hal itu, malahan Ayah dan Ibu ku mewanti-wanti aku supaya menjaga amanah dan kepercayaan yang diberikan Allah kepada ku, dan keluargaku.
Dibalik semua kebahgiaan itu, aku pun menceritakan hal yang mengganjal kepada orang tua ku, aku memang diterima di sekolah pavorit di Kota Sukabumi pula, namun aku ragu akan jurusan yang akan ku geluti nantinya, tanpa sepengetahuan ku, ternyata pada awal nya guru ku mendaftarkan ku di jurusan otomotif, jurusan yang paling aku gak mau unutk dijadikan pilihan, terbayang di otak ku, bagaimana aku harus berkotor-kotoran dengan oli, mmbongkar mesin yang ribet, membongkar ban, mengangkat bban-beban berat dan hal-hal mnakutkan lainnya, bayangkan saja, aku bisa motor saja tidak, sementara jurusan ku saat itu Otomotif spesialis kndaraan roda empat,sungguh menakutkan.
Namun semua keraguaan itu sedikit sirna saat aku mendengar nasihat dan perkataan Ayah ku yang tercinta, “Inget hiji, Urang mah niat keun rek nuntut ilmu we, kendae jurusan namah naon wae oge, nu penting sok jalani, niatkeun nuntut ilmu karena Allah” kurang lebih itulah yang Ayah ku katakan saat itu, dengan tekad yang bulatn dan keyakinan penuh, aku siap menghadapinya, karena satu hal aku tak ingin mengecewakan kedua orang tua ku dan juga keluargaku.
Pada awal-awal aku masuk sekolah, terutama di kelas X, rasa tersiksa sungguh aku rasakan, aku sama sekali tak menikmati dan tak bisa menikmati jurusan yang kupilih, aku benar-benar merasa sangat terbebani, rasanya akan tetap asing bagiku alat-alat yang berbau bengkel, aku sama sekali tak mengenal kunci-kunci yang digunakan saat praktek, aku gerah sangat gerah dengan semuanya, ditambah keadaan di bengkel saat praktek sangat lah keras, guru-guru yang galak, pelajran yang serba membahas rongsokan mobil, rem dan apalah aku sama sekali tak ingin mengerti, hingga aku sering dibentak, dimarahi karena aku memang jarang memeperhatikan, tak jarang nilai praktek ku pun selalu rendah, aku benar-benar serasa di penjara dengan jurusan ku sendiri. Namun lambat laun aku selalu berfikir, kalau begini terus, bagaimana aku bisa membanggakan kedua orang tua ku? Apakah aku tega membuat mereka kecewa? Semuanya bercampur aduk di otak ku, hingga akhirnya tak ada cara lain, aku harus benar-benar berusaha sekuat kemampuan ku, agar aku bisa berubah dan bisa menerima semuanya, menerima sekaligus berusaha, agar aaku bisa, minimal bisa bertahan saat itu.
Sejak saat itu, aku belajar lebih giat, menanyakan kepada teman, meminta diajari sama teman, membaca buku-buku pelajaran, dududuk di bangku depan saat praktek, dan berani mencoba meskipun mengundang tawa teman-teman ku, aku tak pantang menyerah, aku pun selalu meminta teman-teman sekelas ku untuk selau mengajariku tentang hal-hal yang tak kumengerti.











Dan seiring berjalan nya waktu, aku mulai menikmati setiap langkah perjuangan ku, bisa kurasakan betapa indah nya ketika harus berkotor-kotoran di bawah mobil, ketika tanagn ini terluka bakar akibat las listrik, Ibu jari tangan kiri ku pun merasakan sakitnya terjepit rem tromol, pinggang ini pun sakit saat harus mengangkat beban-beban berat, ternyata hal itu semua menjadikan ku lebih menbghargai akan penting nya kerja keras, dan hal yang paling luar biasa, ternbyata segala tingkah ku itu diperhatikan oleh pihak guru, dan mereka mengapresiasi itu semua.Saat itu aku benar-benar telah menikmati jurusan yang kupilih, aku pun tidak putus kan semangat ku sampai disana, aku meningkatkan prestasi belajar ku di bidang umum, sehingga aku bisa menjadi salah satu yang terbaik di kelas, akupun meningkatkan kemampuan ku beretorika, dan ini menjadi nilai lebih bagi ku.
Di jurusan Otomotif yang kupilih dan telah ku nikmati saat itu, aku memeperluas jaringan dan hubungan pertemanan, hubungan dengan para guru juga para penajaga sekolah, sehingga aku benar-benar bisa merasakan anugerah yang luar biasa.Melalui jurusan ini pula, aku bisa belajar tentang arti kesungguhan, tentang sebuah keoptimisan, keuletan serta menghargai proses, lewat jurusan yang kupilih pula, aku bisa belajar bahwa kehidupan itu tak selamanya lurus, indah atau enak, semuanya perlu prjuangan dan kesungguhan.
*****
    **Baru**

Akhirnya nyampe juga rombongan keluarga ku di Kota Sukabumi, Ayah, Ibu, Adik-adik ku, nenek dari pihak ibu dan paman ku dengan menyewa satu mobil avanza milik kenalan Ayah, keluargaku mengantar keberangkatan ku ke Kota Sukabumi, dimana aku akan memulai lembaran baru di SMKN 1 Kota Sukabumi di Jl.Kabandungan No 90 Kabandungan timur Kota Sukabumi selama kurang lebih 3 tahun, aku dan keluarga mencari kosan atau tempat dimana aku nanti akan tinggal selama sekolah di Kota Sukabumi, aku mendapatkan kosan yang relatif murah, yaitu Satu Juta/tahun,  memang itu sebanding dengan fasilitas yang seadanya, namun dibalik semua itu ternyata Allah telah menyelipkan skenario yang begitu indah di sela-sela perjalanan ku, pemilik kosan ku adalah mantan anggota TNI dibidang medis, ia memang menerima 2 kamar untuk disewakan dan tempatnya terpisah dengan rumah nya, namun ketika aku datang kesana aku malah di tempatkan di salah satu kamar di rumah anak nya, yaitu rumah bapak Oos dan istrinya Ibu Yayah, ringkasnya selama disana aku sudah menjadi bagian dari keluarga mama yayah, begitu aku memanggil ibu kos ku saking aku dekat dan sudah di anggap keluarga oleh pemilik kos.
Mama yayah memiliki 6 orang anak, 2 orang anak laki-laki yang sudah bekerja, A Eko dan A Rifal, satu orang anak perempuan yang waktu itu kelas 3 SMA Teh Risty, dan adik-adik nya Yoga, Corung dan Raja.
Dan waktu itu aku sudah menjadi bagian dari keluarga itu, aku mendapatkan keluarga baru, kakak baru dan adik-adik baru juga orang tua baru yang membimbing ku selama sekolah disana.
Aku memang sangat beruntung, aku yang pada mulanya berniat untuk kos saja, malah aku mendapatkan sesuatu yang lebih.
Tak kan pernah bisa kulupakan masa-masa indah yang ku lewati dengan keluarga mama Yayah, saat liburan tiba aku ikut berlibur di wisata air dengan keluarga kos, tidak hanya itu, aku pun dekat dengan saudara-saudara ibu kos yang lainnya.
Aku pun tak kan pernah akan lupakan saat-saat aku ada kegiatan di sekolah samapai sore, dan teh Risty mengantarkan makanan kesekolah untuk ku, masakan ibu kos tercinta ku.
Tidak hanya aku, Ayah, ibu dan keluargaku pun sangat dekat dengan keluarga kos ku di sukabumi, silaturahmi pun sering keluargaku lakukan dengan keluarga kos, ,makan bersama atau bahkan jalan-jalan bersama.







Selain aku mendapatkan keluarga baru di sukabumi, aku pun mendapatkan teman-teman baru disana, teman – teman yang memberikan  pelajaran tentang kehidupan, keceriaan dan pengalaman yang berwarna warni, apalagi teman – teman ku datang dari berbagai daerah.Warna – warni kehidupan memang aku rasakan saat itu, meskipun tertkadang tak selamanya berjalan sesuai yang kurencanakan.Namun satu hal yang kuyakini bahwa segalanya memang sudah tertulis di scenario yang Allah cantumkan disetiap kehidupan manusia, termasuk di perjalanan kehidupan ku.





*****
**baud**

Di Sekolah Teknik Menengah khususnya disukabumi tauran sangatlah populer kala itu, apalagi di sekolah-sekolah swasta, banyak sekali kasus-kasus tauran yang terjadi, samapai yang terparah yaitu kasus pengeroyokan yang mengakibatkan kematian pun terjadi.
Namun ternyata hal itu tidak terlalu di khawatirkan oleh siswa-siswi di SMKN 1 Kota Sukabumi, ya disekolah ku tercinta.
Di SMK 1, aku dan teman – teman benar-benar merasakan keamanan, hampir seluruh sekolah di sukabumi tidak ada yang berani macam-macam dengan siswa-siswi sekolah ku, dan sebaliknya para siswa di sekolah ku pun tidak berani bertindak macam-macam, apalagi tauran.tentu saja itu tidak terjadi begitu saja.
Itu semua berkat guru-guru yang benar-benar memperhatikan siswa-siswinya, pihak sekolah sangat menerapkan disiplin yang sangat tinggi, seperti ada kasus 6 orang di sekolah ku ketika itu kelas XI terlibat tauran, dan ke 6 orang itu akan dikeluarkan dari sekolah, namun ternyata hanya 1 orang yang menjadi propokator nya dan berhasil di keluarkan dari sekolah, sementara yang 5 orang nya lagi mendapat hukuman kerja bakti/bersih-bersih di lingkungan sekolah selama 1 bulan setiap pagi, dan itu pun dengan kondisi kepala di botakin semuanya.
Dibalik gencarnya geng-geng yang menebar luaskan kenegatifan diluar sekolah, beberapa teman di kelas ku pun tak ingin ketinggalan trend, bebebrapa teman ku membuat genk kelas dengan nama “baud”, kepanjangan dari Barudak Automotif Dua, termasuk aku yang saat itu menjadi ketua kelas di otomotif dua.










Geng kelas ku memang sangat lah berbeda, aku dan teman-teman mempunyai visi tersendiri sebagai pedoman geng kami, yaitu “Tebarkan Kreasi terbaik dengan Kreatif, aktif dan Berprestasi”.
Aku dan anak-anak kelas sebagai anggota baud selalu menghadiri pengajianm rutin remaja mesjid setiap malam jum’at, ikut berpartisipasi mengisis kreasi majalah dinding, aktif di organisasi seperti OSIS, Paskibra, PMR,Pramuka,Basket,Remaja Mesjid, English Club, dan lain-lain.
Hingga tak salah, geng “baud” ini dikenal sebagai kelas yang paling favorit disekolah, apalgi semua siswanya laki-laki.
Hal ini aku dan beberapa teman ku dari “baud” mengadakan wawancara di catatan akhir sekolah ku kepada beberapa siswa – siswi di sekolah ku.
Termasuk dikalangan para guru, kelas ku termasuk dalam daftar kelas terbaik.








*****
**Terlalu Indah Untuk Ku Ceritakan**









Meskipun kini kau entah dimana. . . .
Meskipun jiwamu telah melanglang buana. . .
Tapi Aku bahagia, karena kau pernah singgah di hati ini. . .
*****
**Seperti Gaun**

Ada Sebuah gaun yang sangat Indah dan cantik
Harganya pun sangat lah mahal
Namun, aku mampu memilikinya
Hingga Suatu hari kucoba untuk memiliki gaun itu
Dan setelah sekian lama aku berjuang, aku kalahkan setiap mata yang ingin memiliki gaun itu
Aku korban kan segala yang kumiliki
Aku lawan segala ombak rintangan
Lelah? Tak ku kenal kata itu
Letih?
Septinya tak ada dalam kamus ku saat itu
Menyerah?
Ah. . .itu apalagi,
Demi gaun itu, aku menjadi tangguh
Tangguh yang tak bermoral
Hingga akhirnya aku jatuh, sangat dalam, aku terluka, sangat parah, hampir ku mati tercekik tindakan ku sendiri.
“Gaun itu CANTIK, namun apakah cocok jika aku sebagai seorang lelaki memakainya???”
Baru, aku sadar




















*****
**PMR Merindu**

Sunyi sepi malam, Tanpa sinar bulan
Sesepi diriku, Sendiri dalam pelantikan
Tak tahan rasanya, Diriku ditempa
Namun hatiku bahagia. . .
Duhai pembinaku, Duhai seniorku
Aku rindu. . . kepadamu
. . .
Tepuk tangan meriah memecah kesunyian malam pelantikan anggota PMR baru saat itu, aku memang memilih organisasi kesehatan ini ketika sekolah di SMK, berbeda ketika aku di SMP yang memilih Paskibra sebagai kegiatan Ekstrakurikuler ku.
Semua itu kulakukan bukan tanpa alasan tentunya, aku memang mempunyai tujuan untuk mendalami organisasi kesehatan itu, aku lebih tertarik dengan kegiatan sosial saat itu, dan aku memilih PMR sebagai kegiatan Ekstrakurikuler ku.








Tak jauh berbeda di setiap organisasi kita memang belajar bagaimana berorganisasi dengan baik , hanya saja ada beberapa bidang yang harus kita tekuni sesuai dengan bidang yang bersangkutan dengan organisasi itu sendiri.
Selama aku aktif di organisasi ini, aku pun mencoba untuk aktif dan belajar sungguh-sungguh tentang organisasi kesehatan sekolah itu, sehingga tak heran aku menjadi salah satu anggota yang di jadikan delegasi dalam salah satu bidang perlombaan.
Tidak hanya itu, dalam organisasi kesehatan ini juga aku mencoba mengeksplore kemampuan diri dan dikontribusikan dalam organisasi PMR saat itu, hubungan ku dengan anggota yang lain dan Pembina pun sangat lah baik, hingga bisa dikatakan siapa di PMR yang tak kenal nama ku. Namun semua itu tak kudapatkan begitu saja, justru melalui organisasi kesehatan ini lah aku belajar banyak, belajar untuk lebih meningkatkan prestasi ku, prestasi di bidang sosial hususnya.
Belajar tentang memahami pola hidup sehat, berkontribusi kepada masyarakat, dan hal-hal positif lainnya, aku pun mempunyai banyak teman di PMR ini, malah hampir bisa disebut hubungan ku dengan para senior dan teman-teman lainnya seperti taka da jurang pemisah, aku layak nya menemukan kekekluargaan kembali di PMR ini. Segala aktifitas aku kerjakan dengan sungguh-sungguh dalam kegiatan organisasi PMR saat itu, hal itu tidak lah luput karena ada beberapa orang sahabat ku di PMR yang menjadi penyemangat, ada Herman yang pada saat kelas XI menjadi ketua PMR yang juga teman sekelas ku, Arif, Icunk, Sumi, Agung, sri, diman, rendra, siti, dan banyak lagi yang lainnya.
Para seniornya pun sangat luarbiasa, bersahaja dan baik, ada kang riki, kang diman, kang iman, the diah, kang babam dan banyak lagi yang lain nya.
Aku, icunk dan sumi dikenal sebagai 3 angle, sehingga tak heran ketika aku dan kedua anak itu saling menyapa, aku dan kedua anak itu sering mamanggil dengan ungkapan “angle”.
Lewat bimbingan Pak bardani dan Ibu dewi, di PMR kami merasakan pembelajaran yang sangat erat dengan kekeluargaan, kebersamaan dan kesahajaan selalu kami utamakan, hingga hubungan kami sangat lah erat dan selalu menjadi momen-momen yang indah saat kumpul latihan atau hanya sekedar bersilaturahmi.
“Arma Caritas. . ..!!! Inter Arma Caritas….”










*****

**Galeri Pelantikan PMR**



   







*****
**I’am,The Delegation**

Selain belajar bahasa inggris di kelas, akupun belajar lebih di salah satu club bahasa disekolah, STEC (stekmensi English Club), di club ini yang dipimpin oleh bu Anis Widjianti, akun dan teman-teman ku yang lain mencoba mengeksplore diri di bidang bahasa inggris.
Beberapa teman ku seperti Prima Cita, Tomi, Hudaefa ikut bergabung dalam club English saat itu, setidak nya aku memang sudah merencanakan dari awal untuk mengikuti club ini, selama bergabung memang aku mendapatkan banyak sekali perkembangan dalam bahasa inggris, salah satunya dalam berbicara bahasa inggris.
Di dunia club English ada salah satu ajang perlombaan bergengsi di tingkat kota, yang mana perwakilan dari Club English dari sekolahku selalu menjadi juara ke 1 dan meewakili kota sukabumi di tingkat jawabarat,bahkan Nasional dan saat itu aku menjadi salah satu delegasi yang satu tim dengan teman ku prima cita dan senior ku Anisa Mayang.
Aku dan tim yang langsung dibimbing dengan bu anis, juga beberapa guru bahasa inggris lainnya seperti bu dewi, pak bardani, pak pracoyo dan bu ratna berlatih hampir tiap hari sebelum tampil berlomba, alhasil tim ku menjadi juara ke 1 dan mewakili kota sukabumi di tingkat jawabarat.
Namun aku sempat sakit hati, ketika perwakilan yang dikirim ke tingkat jawa barat adalah kedua teman ku, smentara posisi ku digantikan dari sekolah lain, karena juri berdalih kemampuan ku belum terlalu baik, awalnya aku sangat kecewa, meskipun aku sembunyikan kekecewaan itu.
Namun seiring berjalan nya waktu, rasa sakit dan kecewa itu berubah menjadi motivasi, motivasi yang sangat besar, aku meyakinkan diriku bahwa di kesempatan yang lain aku harus membuktikan abhwa aku bisa, dan bisa menjadi lebih baik lagi. Hal itu Allah dengar, dan usaha ku tak sia-sia ketika aku yang satu tim dengan teman ku Fiqly firnanfdi menjadi juara pertama di lomba debat bahasa inggris yang di adakan oleh Universitas Muhammadiyah Kota Sukabumi, dan satu yang paling luar biasa dalam perlombaan itu adalah lawan nya bukan hanya dari kalangan SMK saja, namun dari SMA dan MA, itupun tidak hanya dari kota sukabumi saja, namun juga dari kabupaten dan dari wilayah kota bogor, sungguh luar biasa rasanya saat aku dan fiqli membawa piala yang stinggi badan ku ke sekolah atas prestasi itu, dan itu menjadi catatan terbaik dan sekaligus persembahan terakhir ku untuk sekolah ku tercinta dalam bidang bahasa inggris.
Selain itu aku pun berhasil menjadi juara di bidang lainnya dalam bahasa inggris, seperti speech English, dan bersama rekan rekan English club bisa ikut serta menajdi peserta perlombaan ASEAN Charter 2008 versi jawa baarat.
Semua itu memang menjadi kenangan terindah selama aku sekolah di SMKN 1 Kota Sukabumi, dengan kerjasama, doa dan perjuangan semua itu bisa ku raih.
Karena aku yakin akan satu hal,
“Man jadda, wajada”










*****

**Remaja Mesjid Dapur Umum**
(RMDU)

Disebuah mesjid warna hijau berlantai 2 aku duduk bersama rekan – rekan ku, aku duduk mendengarkan pengajian rutianan yang di adakan oleh Remaja Mesjid Darul Ulum setiap hari kamis malam, dengan kata lain setiap malam jum’at.
Ya, aku pun tercatat sebagai anggota remaja mesjid sekolah, bersama rekan – rekan sekelas ku Aqil, Lili, Rizky, Herman, Fiqly dan yang lainnya, setiap malam jum’at memang acara pengajian yang paling ditunggu oleh seluruh anggota Remaja Mesjid Darul Ulum adalah setaiap malam jum’at, apalagi ketika Bapak Saepurohman udung S,Pd. Menyampaikan materi nya yang sangat hebat, kamipun sering diajak diskusi dan curhat oleh beliau, sehingga tak ada kecanggungan di anatara siswa dengan beliau.
Pak.Udung, begitun kami akrab memanggilnya, beliau adalah wakil kepala sekolah dibidang kesiswaan, beliau juga seorang guru matematika yang hebat, dan tentunya beliau adalah sosok yang dikenal sebagai paham terhadap agama.





















Ada satu hal yang menarik di komunitas ini, yaitu setiap kami berkumpul unutk pengajian atau hanya sekedar untuk bersilaturahmi kami selalu mempunyai agenda spesial, yaitu masak-masak (ngaliwet) bersama, agenda itu sangat rutin kami lakukan dan sudah menjdai tradisi, sehingga dapur mesjid yang ukuran nya kecil itu menjadi saksi bisu acara yang kini menjadi tradisi itu.
Hingga tak salah juga ketika Ibu yuyun, beliau adalah ibu penjaga kantin siswa yang tempat tinggalnya bersebelahan masjid sekolah mengatakan bahwa Remaja Mesjid disekolah ku adalah “Remaja Mesjid Dapur Umum”. Hehehe. . .
Dengan gelakgak candanya beliau berkata demikian, memang hubungan aku dan rekan-rekan remaja mesjid lainnya sangat dekat sekali dengan bu yuyun.
Hampir setiap masak kita selalu bersama,dan sambil berbagi satu sama lain.
Ah indah nya remaja mesjid dapur umu, eh darul umum maksudnya. Hehehe. . .                                                          



*****
**Ashionk, Sang Ketua OSIS**

Aroma kampanye sudah tercium di SMKN 1 Kota sukabumi, panitia KOPIKO (Komisi Pemilihan Ketua OSIS) sudah menempelkan di mading dan hampir di setiap pojok sekolah poto-poto dan curiculum vitae dari bakal calon Ketua OSIS periode 2009/2010, kandidat yang yang di iklankan hampir di setiap pojok sekolah itu adalah kandidat yang berhasil lolos beberapa tahap seleksi, kandidat yang awalnya berjumlah 6 orang terseleksi menjadi 3 orang yang maju ke arena pemilihan umum ketua OSIS.
Foto-foto dengan stelan kemeja putih berdasi dan dibalut jas hitam itu menghiasi sudut sekolah, dengan gagah nya bak calon presiden yang dimasa-masa pemilihan umum.
Satu di antara tiga foto itu adalah Ashionk, ya itu Aku, Ashionk adalah panggilan teman-teman ku ketika pertama kali masuk ke SMKN 1 Kota Sukabumi, dan samapai saat aku mencalonkan diri menjadi Ketua OSIS pun masih saja ada teman-teman di kelas ku yang memanggil nama Ashionk sebagai nama panggilan ku, sebut saja teman-teman ku itu Lilihudin, aqil, Fiqly, Rizky,Herman,aries, sugino.
Saat itu aku yang sudah aktif di OSIS SMKN 1 Kota Sukabumi memang mencalonkan diri menjadi ketua OSIS sebagai delegasi dari PMR dan sekaligus menjadi delegasi dari jurusan Otomotif.
Kedua kandidat lainnya adalah Ahmad Syawaludinar dari Jurusan Listrik, dan Dasep Saepudin dari Jurusan Gambar Bangunan, yang mana dasepn dan syawal adalah teman baik ku juga selama di organisasi.
Aku sangat bersyukur ketika itu, atmosfir dukungan dari semua pihak memang sangat kurasakan, dan itu semua mengingatkan ku pada saat pemilihan ketua OSIS di SMP, namun sungguh luar biasa, sepertinya saat aku mencalonkan di SMK jauh lebih luar biasa dukungan yang kurasakan dari banyak pihak, bayangkan saja ketika aku dibawa oleh ketua jurusan Otomotif Bpk.H. Mulyadi M.T kedepan anak-anak yang sedang belajar di bengkel (Nama ruangan untuk jurusan Otomotif) dan beliau mempromosikan aku, agar semua siswa di jurusan otomotif memilih aku agar aku terpilih menjadi ketua OSIS, karena memang dari yang dulu-dulu, semua ketua OSIS itu berasal dari jurusan Otomotif, seperti Kang Suhendra ketua OSIS masa periode 2008/2009 dan Kang Sam-Sam sebagai angkatan ketua OSIS periode 2007/2008.
Teman-teman sekelas ku pun seakan-akan menjadi tim sukses ku waktu itu, mereka tak henti – hentinya memberikan dukungan dan semangat untuk ku.
Dan yang paling membanggakan, kedua orang tua ku pun mendukung seutuhnya apa yang aku lakukan saat itu, meskipun Ayah dan Ibuku jauh dari ku saat itu. Namun mungkin karena hubungan ku dengan para siswa cukup baik, baik itu dengan teman-teman di kelas, di jurusan, di OSIS, di PMR di English Club dan juga di Remaja Mesjid sehingga aku merasa sangat banyak sekali dukungan untuk ku.
Hingga hari pemilihan tiba dan sungguh luar biasa, hampir 80 persen siswa di sekolah ku saat itu memilih ku untuk menjadi Ketua OSIS.
Semua itu memang tak terjadi begitu saja dan dengan mudah begitu saja, perlu proses dan perjuangan untuk mencapai itu semua, aku memang sudah mempunyai visi dalam hati untuk menjadi ketua OSIS saat pertama kali masuk di SMKN 1 Kota sukabumi, meskipun pada awalnya hanya sebatas keinginan yang tak tertulis, hanya tekad dalam hati.
Namun ternyata Allah melihat itu, dan aku memang mencoba untuk mendapat kesuksesan dalam berkomunikasi dan memperluas jaringan, sehingga pada saat pemilihan ketua OSIS aku tak perlu repot-repot lagi berkampanye secara besar-besaran, karena aku rasa banyak siswa-siswi yang sudah mengenal sosok ku,dan aku memasrahkan selebih nya kepada Allah, toh ketika memang aku tidak layak untuk mendapatkan posisi sebagai Ketua OSIS aku sudah siap, karena orang lain biasanya lebih cerdas ketika menilai seseorang. Namun memang agenda memperluas jaringan pertemanan dan menjaga hubungan baik dengan semua pihak bukan lah perhiasan ku hanya agar terpilih menjadi Ketua OSIS saja, aku emamng sangat menyukai pertemanan, bergaul dengan banyak karakter hingga pertemanan sesungguhnya aku dapatkan.
Dan adapun apa yang kudapatkan kala itu, aku yakini semua itu sebagai hadiah sekaligus ujian hidup bagi ku yang harus kulewati dengan sebaik mungkin, aku harus bisa menjaga amanah yang sangat besar itu.
Masih ku ingat kala itu, aku berdiri di sebuah sekolah yang begitu besar, bergengsi dan menjadi sekolah SMK favorit di sukabumi, ya di SMKN 1 Kota sukabumi, aku termenung sejenak mengingat beberapa tahun yang lalu aku adalah sosok anak yang mungkin hanya dipandang sebelah mata, aku adalah anak yang tak punya cukuo keberanian untuk tampil diihadapan banyak orang, namun hari itu aku berdiri disebuah sekolah yang besar, aku dilihat aku diakui dan aku bisa membuktikan itu semua.
Aku sadar tak sepenuhnya itu semua terjadi dihidupku, tapi ada campur tangan sang sutradara kehidupan Allah Swt.








*****
**Galeri Pemilu Ketua OSIS**


























*****
**Ancora, Paramadina,UGM sama saja**

Jalan emang gak selamanya lurus, kadang belok ke kanan, kadang juga ke kiri, karena emang belokan Cuma kanan kiri sih, hehehe. . .
Tak terasa setelah 3 tahun aku sekolah di SMKN 1 Sukabumi, aku saat itu sedang ada di detik-detik terakhir berada di sekolah, UN alias Ujian Nasional sudah dilewati, dan optimis banget pasti LULUS, Ujian sekolah dan praktek juga sudah mantap nilainya sesuia harapan, nah yang terakhir adalah mengejar keinginan selanjutnya untuk kuliah.
Niat ku buat kuliah emang udah di puncak ubun-ubun, dan ini bukan lah keinginan muluk-muluk, tapi sudah kinginan dari semenjak aku di bangku SMP, tapi ngomong-ngomong kuliah waktu itu aku niat banget buat nyari kuliahan yang ada program beasiswanya, ya niatnya gk jauh-jauh sih pengen gak bikin repot orang tua, meskipun selama di SMKN 1 aku emang udah dapet beasiswa juga sih, tapi untuk kuliah harus lebih bisa lagi.
SNMPTN undangan aku daftar, dan besar harapan ku untuk bisa lolos, tujuan SNMPTN undangan ku juga gak kck-kecek, UGM, ya tapi sempat terbesit dalam hati sih kalau aku bakalan gk lolos, tapi waktu itu aku nekat ikut daftar, Alhasil aku 100% gak lolos dalam SNMPTN undangan itu, manyun deh , hehehe. . .
Namun jangan salah loh, ini bukan pertama kalinya aku gagal, aku juga pernah mengikuti test beasiswa di Universitas Paramadina Jakarta, dan hasilnya NIHIL, gak lolos.
Hati ku udah bener-bener mulai bimbang waktu itu, apalagi ketika mama selalu menanyakan aku mau kuliah dimana, hmmmm...pokonya bingung dan pusing tujuh keliling jadinya. 
Dan kegagalan yang paling luar biasa aku alami adalah saat aku mengikuti tahap seleksi beasiswa kuliah ke Malaysia, aku dan ke empat orang teman satu sekolah ku, yaitu Fiqly, Prima,Asep dan Faisal lolos 40 besar dan mengikuti tahap test akhir di Lembang Bandung selama 7 hari.
Dan sangat luar biasa, aku bertemu dengan 35 siswa-siswi dari seluruh pel;osok Indonesia yang super hebat, ada dari Aceh, Juvu namanya, ada agnes dari Sumatra, ada gilang juga dari bekasi dan banyak lagi yang lainnya.
Yang paling unik adalah selama karantina aku dan semua peserta menggunakan bahasa inggris, dan itu diwajibkan oleh panitia, panitia nya juga 50% dari Malaysia loh, wah pokonya Luar biasa.








Namun di hari terahir, ternyata aku harus menerima kegagalan dan gak jadi deh kuliah di negeri Upin Ipin, hehehe...
Hal serupa juga di alami temen-temn satu sekolahku, dan saat itu yang terpilih hanya kurang lebih 5 orang saja yang akan berangkat ke Malaysia.
Namun aku merasakan sesuatu dibalik itu semua, aku semakin tegar dan biasa menghadapi kegagalan, ya meskipun sempat ada rasa putus asa, namun itu ternyata bisa diatasi dengan semngat terus mencoba dan berusaha.
Banyak orang yang mengatakan bahwa kegagalan adalah sukses yang tertunda, dan aku mengamini itu, saat itu aku yakin bahwa Allah melihat aku, sebagai hambanya.
Aku yakin Allah akan memberiku jalan, ketika aku memang tulus ingin menuntut ilmu, memang aku sadari setelah kegagalan itu dan berintrospksi diri, selama aku mengikuti tets sebelumnya, memang orientasi ku adalah kenikmatan, materi dan lain sebagainya.
Hingga aku pun bisa menyadari dan mendapatkan jawaban mengapa aku sangat sulit untuk masuk ke perguruan tinggi dengan beasiswa.
Sejak saat itu, kurubah cara pandang ku, bahwa aku harus meluruskan niat ku untuk menuntut ilmu.






***** 
**Antara Bandung-Jakarta**

Setelah pikiran ku tak tentu arah aku harus bagaimana, kuliah belum juga aku dapatkan, padahal aku sudah melewati kelulusan, satu-satunya kesempatan ku adalah berdoa dan menunggu hasil test saat itu.
Sebelum nya aku mengikuti tes SNMPTN tertulis dan memilih UIN bandung dengan prodi Jurnalistik, dan yang kedua aku mengikuti test beasiswa di STEKPI (Sekolah Tinggi Perbankan Indonesia).
Dalam penantian satu bulan menunggu,menungghu hasil dari test SNMPTN ku dan test beasiswa di STKPI dan aku tak tentu arah saat itu, kuhabiskan waktu menunggu ku dengan membuka kursus bahasa inggris di rumah ku untuk anak-anak SD di kampung.
Saat itu aku mencoba mengamalkan apa yang sudah ada dalam diriku, dan hasilnya alhamdulilah dapat aku praktkan.
Setelah kurang lebih satu bulan menunggu hasil test, akhirnya tiba saat nya SNMPTN tulis di umumkan dan Alhamdulilah, namaku tercantum sebagai salah satu peserta yang lulus test dan bisa menjadi mahasiswa UIN bandung.
Orang tua ku menyambut kabar baik itu daengan sangat antusias, Ayah dan Ibuku sangat bersyukur aku diterima di Universitas berbasis Islam, karna itu memang harapan mereka.
Namun selang satu minggu, aku pun mendapat kan telepon dari pihak STEKPI, bahwa aku lulus test beasiswa dan berhak kuliah disana, sungguh ini adalah rahasia Allah dibalik perjuangan dan doa ku, juga orang tua ku.
Hatiku bimbang menentukan pilihan yang keduanya sangat lah berat bagiku, karna ternyata aku pun mendapat kabar gembira sebelumnya, aku di hubungi oleh pihak Universitas UIN bandung bahwa aku pun menjadi salah satui mahasiswa yang mendapatkan beasiswa di sana.
Aku sungguh amat takjub dengan kejadian itu, sebulan kebelakang aku bimbang karena tak tentu mau kuliah dimana, karna tak aku belum mendapatkan tmpat kuliah, namun saat itu aku pun bimbang karena aku harus memilih salah satu yang keduanya bernilai baik, dan orang tua ku bangga karenanya.
Tentu saja ini bukan lah penuh perjuangan kerasku, namun aku yakini bahwa Allah ikut berperan dalam hal ini, bahwa doa dari Ibu dan Ayah ku lah salah satu bagian terbesar yang mendukung rido nya Allah, dan itu terbukti saat itu.
Dengan saran ibu ku tercinta, aku pun melaksanakan salat istikhoroh, dan pada akhirnya aku pun bisa menentukan pilihan, pilihan yang kuyakini sebagai pilihan yang diridhoi Alla SWT, sang sutradara kehidupan.





*****
**Aku hanya ingin berkata**

Hari ini, aku berdiri, menatap senja yang tak mungkin bisa mengembalikan mentari yang tadi bersinar
Hari ini, aku berdiri, menghirup udara yang menyejukan setiap helai tulang rusuk ku
Hari ini, aku berkata dengan suara sebagai anugerah cinta terindah
Ku katakan, aku disini Untuk Cinta
Merajut setiap helai cita – cita ku
Menghitung setiap detik langkah ku
Menorehkan warna-warna pelangi disetiap kata-kata ku
Melakukan setiap gerak, nada, rasa, aroma dan bahasa
Tersenyum dianatara hamparan mata
Menari dengan irama setiap jiwa
Bernyanyi dengan syair-syair kehidupan
Lalu menangis dengan air perjuangan
Lalu bangkit dihamparan samudra cinta
Aku adalah tokoh utama, disetiap jengkal perjalanan hidupku
Peran ku hari ini, kuyakini sebagai sebuah skenario
Skenario sempurna, dari sang maha Sutradara kehidupan




****

**Sebaris Tulisan**



Sampai saat ini, 15 Desember 2011, Aku masih tercatat sebagai mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung smester 1 di Fakultas Dakwah & Komunikasi jurusan Jurnalistik.
Dan bagiku ini adalah sebuah keajabaiban sekalugus kuyakini bahwa Allah memang telah menulis segalanya dalam kehidupan ku.
Sebuah buku catatan yang lama tersimpan ku ambil dan ku buka lembar demi lembar, buku itu memang sudah agak kusam, karena memang buku catatan itu sudah lama tidak aku gunakan, dan betapa kaget nya aku, dalam buku catatan itu aku menemukan tulisan-tulisan yang jawaban nya sudah terjadi pada ku saat ini.
Dalam tulisan-tulisan itu di anataranya ada bebebrapa baris tulisan tentang keinginan ku, dan dianatara keinginan yang kutulis ada satu bagian tentang kemana aku ingin kuliah dan  apa jurusan yang ingin ku ambil.
Dan betapa kaget nya aku, di baris pertama tertulis nama sebuah Universitas negeri yang saat ini aku telah ada di dalam nya, ya Universitas itu adalah Universitas Islam Negeri  Sunan Gunung Jati Bandung, dengan program Dakwah.
Sungguh luar biasa, saat ini aku memang sudah ada di UIN Sunan gunung jati bandung, dengan jurusan Jurnalistik, dan itu sangat lah sesuai.
Ternyata setelah aku melanglang buana mencari kesana dan kemari, aku tetap gagal, karena ternyata sebenarnya Aku telah menuliskan apa yang menjadi cita-cita ku.
Sungguh unik memang, namun inilah Skenario yang dituliskan Allah dalam perjalanan hidup ku, penuh warna, rasa dan nada.
Dan aku yakin, sejauh aku melangkah kan kaki ku di atas bumu, sejauh mata ku memandang setiap celah yang disinari mentari, semuanya tak luput dari campur tangan Sang Sutradara Kehidupan,Allah SWT.







*****






**Galeri Gaya**
***



      





























      
















































    **Buat Pak Agus**      

. . .Epul Cuma pengen curhat pak, saya sering patah hati, dan rasanya sakit banget pak. . .
Tapi sungguh luar biasa pak, saya lebih sakit lagi ketika buku ini akan di cetak pada saat pertama, tiba-tiba datanya tidak bisa dibuka. . .
Datanya rusak karena virus, itu bukan kali pertama saya diserang virus jahanam pak, sebelumnya Flashdisk saya hilang, kemudian saya nulis lagi dari awal, dan tulisan saya itu kena virus dan gak bisa dibuka,
Dan itu tercatat hampir ENAM KALI saya ngulang-ngulang cerita, memang datanya saya simpen di laptop teman, tapi tetap saja, ada masalah.
Hanya sekedar curhat pak, hehehe. . .
Tapi Alhamdulilah, sekarang buku ini berhasil lolos dari virus...
 

0 comments:

Post a Comment