Budaya belajar di SLTA dan dibangku kuliah memang berbeda. mahasiswa
dituntut untuk mandiri tidak menunggu “Disuapi” informasi atau
pengetahuan secara cuma-cuma oleh dosen.
Budaya diskusi dan perang pendapat, kerja kelompok, pembuatan laporan atau makalah jadi tradisi baru yang lebih sering terjadi saat belajar dikelas. meskipun tak selalu demikian. lalu bagaiaman ketika tradisi baru tersebut malah jadi alat khusus yang digunakan sebagian dosen yang malas mengajar ?
Umumnya setiap perkuliahan harus mengikuti perkuliahan 16 kali pertemuan. beberapa dosen mensiasatinya dengan mengisi pemberian informasi atau pengetahuan langsung dari dosennya.
Setengah dari jumlah keseluruhan pertemuan, sedangkan setengahnya lagi biasanya dilaksanakan setelah Ujian Tengah Smester (UTS) dengan tugas kelompok diskusi, persentasi, kerja kelompok, dan lain sebagainya.
Namun, beberapa dosen ada yang langsung menggunakan waktu pertemuannya dari awal dengan memberi tugas kelompok, pembuatan persentasi untuk di diskusikan, makalah dan lain sebagainya. lalu benarkah hal tersebut merupakan salah satu ciri dosen yang malas mengajar?
“Dosen Harus Punya Strategi Jitu Mengajar”
Anggapan-anggapan seperti yang saya ungkapkan diatas rupanya tergantung kepada pandangan setiap orang. beberapa dosen memang beranggapan bahwa hak mereka untuk mengajar dengan pemberian materi secara langsung disetengah jumlah pertemuan dianggap sebagai cara yang efektif.
Padahal pandangan efektif inilah yang dapat mengandung banyak arti. menurut saya pemberian materi langsung dalam setengah jumlah pertemuan hanya salah satu cara mengajar saja.
Dengan kata lain, dosen-dosen yang memeberikan kesempatan mahasiswa berdiskusi secara kelompok, persentasi dan pembuatan makalah diawal pembeajaran secara langsung juga termasuk juga sebagai salah satu cara yang efektif.
Tak jarang dosen yang memberikan informasi atau pengetahuan mata kuliah secara langsung disetengah waktu pertemuan lebih membosankan dibanding yang langsung dengan forum diskusi.hanya saja memang seorang tenaga pengajar harus memiliki jurus jitu supaya proses belajar mengajarnya dapat dilaksanakan dengan baik.
Sumber : http://edukasi.kompasiana.com/2013/10/09/ini-ciri-dosen-pemalas-benarkah-597260.html
Budaya diskusi dan perang pendapat, kerja kelompok, pembuatan laporan atau makalah jadi tradisi baru yang lebih sering terjadi saat belajar dikelas. meskipun tak selalu demikian. lalu bagaiaman ketika tradisi baru tersebut malah jadi alat khusus yang digunakan sebagian dosen yang malas mengajar ?
Umumnya setiap perkuliahan harus mengikuti perkuliahan 16 kali pertemuan. beberapa dosen mensiasatinya dengan mengisi pemberian informasi atau pengetahuan langsung dari dosennya.
Setengah dari jumlah keseluruhan pertemuan, sedangkan setengahnya lagi biasanya dilaksanakan setelah Ujian Tengah Smester (UTS) dengan tugas kelompok diskusi, persentasi, kerja kelompok, dan lain sebagainya.
Namun, beberapa dosen ada yang langsung menggunakan waktu pertemuannya dari awal dengan memberi tugas kelompok, pembuatan persentasi untuk di diskusikan, makalah dan lain sebagainya. lalu benarkah hal tersebut merupakan salah satu ciri dosen yang malas mengajar?
“Dosen Harus Punya Strategi Jitu Mengajar”
Anggapan-anggapan seperti yang saya ungkapkan diatas rupanya tergantung kepada pandangan setiap orang. beberapa dosen memang beranggapan bahwa hak mereka untuk mengajar dengan pemberian materi secara langsung disetengah jumlah pertemuan dianggap sebagai cara yang efektif.
Padahal pandangan efektif inilah yang dapat mengandung banyak arti. menurut saya pemberian materi langsung dalam setengah jumlah pertemuan hanya salah satu cara mengajar saja.
Dengan kata lain, dosen-dosen yang memeberikan kesempatan mahasiswa berdiskusi secara kelompok, persentasi dan pembuatan makalah diawal pembeajaran secara langsung juga termasuk juga sebagai salah satu cara yang efektif.
Tak jarang dosen yang memberikan informasi atau pengetahuan mata kuliah secara langsung disetengah waktu pertemuan lebih membosankan dibanding yang langsung dengan forum diskusi.hanya saja memang seorang tenaga pengajar harus memiliki jurus jitu supaya proses belajar mengajarnya dapat dilaksanakan dengan baik.
Sumber : http://edukasi.kompasiana.com/2013/10/09/ini-ciri-dosen-pemalas-benarkah-597260.html
0 comments:
Post a Comment