Sunday, December 22, 2013

Titik Nol


Kondisi ekonomi keluarga yang cukup tidak menjadi alasan bagi Encep Irvan Nugraha untuk tidak berwirausaha. Mencoba hidup mandiri dengan berjualan barang-barak elektronik dan aksesoris Handphone disela-sela waktu senggang kuliahnya. 

Kepiawaiannya berjualan, imbas pada kemampuannya berkomunikasi. Terbiasa berjualan diberbagai tempat dan bertemu dengan berbagai orang, membuat Encep mudah bersosialisasi. Termasuk dekat dengan dosen-dosen dan rekan-rekan kampusnya.

Keuntungan usahanya yang makin hari makin meningkat membuat pola hidupnya sedikit berbeda dari rekan-rekan kuliahnya. Meskipun Encep tiggal di pesantren atas dasar kewajban yang diberlakukan jurusannya untuk mahasiswa baru saat itu. 

Encep mampu membeli barang-barang yang berbeda dari rekannya yang lain. Mulai dari membeli meja belajar, alat print, lemari buku, dan barang-barang yang lainnya.

“Nyeker” Biar Bersih


Bandung_
Dekan beserta Jajaran Ketua Jurusan Fakultas Sains dan Teknologi memberlakukan peraturan smentara kepada seluruh mahasiswa dan dosennya, untuk melepas alas kaki selama proses belajar.

Peraturan sementara ini diberlakukan pihak fakultas selama proses pembangunan kampus belum usai. Selain itu curah hujan yang tinggi hingga kawasan disekitar kampus kotor, melatarbelakangi diberlakukannya peraturan terseut.

“Trashed”, Fakta Krisis Sampah Dunia


Film Dokumenter “Trashed” yang di tayangkan oleh Earth Hour Bandung di Museum Sri Baduga minggu siang ( 22/12) berhasil membangkitkan kesadaraan penonton terhadap krisis sampah di dunia.
Film yang di prakarsai oleh WWF ini di tayangkan dengan durasi waktu 90 menit. 

Film tersebut  menceritakan fenomena krisis sampah secara global termasuk kerusakan yang di akibatkannya. Penonton yang hadir menyaksikan fakta-fakta daya konsumsi yang tinggi setiap orang, rendahnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan, dan pengelolaan yang salah di 11 kota di dunia, termasuk di Jakarta.